FA (20) saat berhasil diringkus polisi setelah melakukan pelarian selama hampir 3 tahun. (Foto: Netizenku.com)

Ketika Cinta Salah Jalan, FA Minggat dari Pesawaran

0 Comments

Jakarta, kota dengan jutaan wajah dan hiruk-pikuk tiada henti, jadi tempat FA bersembunyi selama tiga tahun terakhir. Di antara lalu-lalang orang sibuk dan lampu kota yang tak pernah padam, FA menyamar sebagai penjual dimsum. Tapi hidupnya tak benar-benar tenang. Ada satu hal yang terus membayangi: dosa masa lalu.

(Lontar.co): FA, 20 tahun, warga Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Lampung, bukan hanya melarikan diri dari kampung halamannya. Dia kabur dari tanggung jawab atas luka yang ditinggalkannya pada AM (16), seorang gadis remaja dari Pringsewu.

Mereka awalnya hanya sepasang kekasih muda. Namun kisah itu berubah kelam ketika FA diduga menculik dan menyembunyikan AM. Tak hanya hilang dari rumah, AM juga menjadi korban kekerasan seksual dalam kurun waktu yang panjang. Dunia remaja yang seharusnya penuh cerita sekolah dan mimpi masa depan, berubah menjadi luka yang tak terlihat dari luar.

BACA JUGA  Singkong dan Negara yang Dibuat Tak Berdaya Menghadapi Korporasi

Hingga akhirnya, Selasa (20/5/2025), FA ditangkap oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Pringsewu. Ia diamankan saat tengah berdagang di Jakarta, jauh dari tanah kelahirannya. Tak ada perlawanan, hanya sorot mata kosong yang menatap masa depan suram.

Kasus ini bukan hanya tentang seorang pelaku kejahatan yang tertangkap. Ini adalah potret nyata dari fenomena kekerasan seksual terhadap anak yang masih kerap terjadi dan terlalu sering dibungkam.

BACA JUGA  Dianggarkan 20 Persen di APBN, Potret Pendidikan Indonesia Masih Kayak Begini  

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), ribuan kasus kekerasan seksual terhadap anak tercatat setiap tahunnya. Ironisnya, pelaku terbanyak bukan orang asing, tapi mereka yang dikenal korban: teman, pacar, saudara, bahkan keluarga sendiri.

Inilah pentingnya edukasi seksual sejak dini. Bukan untuk menakut-nakuti anak, tapi agar mereka tahu batas, tahu hak atas tubuh sendiri, dan tahu kapan harus berkata “tidak”. Pendidikan ini bukan hanya tugas sekolah, tapi tanggung jawab kita semua. Orang tua, guru, bahkan lingkungan tempat anak-anak tumbuh.

Orang tua perlu membangun komunikasi yang terbuka dengan anak. Anak harus merasa aman untuk bercerita, tanpa takut dimarahi atau disalahkan. Karena dalam banyak kasus, korban justru memilih diam karena tak tahu harus bicara pada siapa.

BACA JUGA  Hukuman Mati untuk Noel!

Kisah FA dan AM adalah alarm, bahwa kekerasan seksual tidak selalu datang dari lorong gelap dan pelaku bertopeng. Kadang hal itu justru datang dari seseorang yang memanggil kita dengan sapaan akrab.

Kini, FA mungkin akan menghadapi hukuman. Tapi luka AM, dan ribuan korban lainnya di luar sana, tak sembuh semudah vonis di pengadilan.

Dan kita, sebagai masyarakat, masih punya PR besar untuk menciptakan ruang aman bagi setiap anak agar dapat tumbuh, bermimpi, dan berkata “tidak” tanpa takut. (*)

Further reading

  • biogas

    Nyala Api Biogas di Desa Rejobasuki, Dari Kotoran untuk Masa Depan

    Puluhan keluarga di Desa Rejobasuki, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, sukses mengembangkan biogas sebagai pengganti gas elpiji, tak hanya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga tapi juga untuk kelangsungan industri UMKM yang lebih hemat dan ramah lingkungan. (Lontar.co): Pagi-pagi sekali, Suhana sudah menyambangi kandang sapi di belakang rumahnya. Tak lama, ia keluar dari kandang membawa […]
  • sawah hilang akibat penduduk yang tak terbilang

    Sawah Hilang Akibat Penduduk yang Tak Terbilang

    Lahan persawahan di Bandarlampung, Lamsel dan sebagian Pesawaran makin tergerus akibat adanya alih fungsi lahan untuk permukiman. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi hingga arus urbanisasi ke kota yang marak, menjadi penyebabnya. (Lontar.co): Dua backhoe itu bekerja terus dari pagi hingga sore, meratakan sehektar lahan di wilayah Tanjungsenang itu, sejak tiga hari lalu. Rencananya, lahan yang […]
  • Nepal Bukan Kita

    Nepal bukan kita. Kita adalah Indonesia; santun dan beradab. Jauh dari pikiran Nazi (Naziisme). Jijik pada keinginan pembantaian! (Lontar.co): Viral, video-video unjuk rasa besar-besaran di Nepal. Demo yang tak lagi mengetengahkan misi perdamaian, menjelma jadi sungai darah, bantai, dan pengrusakan. Yang dihakimi massa adalah keluarga pejabat. Beginikah cara orang Nepal turun ke jalan? Nepal adalah […]