Gubernur Mirza Ajarkan “Kepekaan adalah Koenci”

0 Comments
Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, duduk bersila di aspal bersama peserta aksi massa 1 September di gerbang DPRD. (Foto: Lontar.co)

Gubernur Mirza Ajarkan “Kepekaan adalah Koenci”

0 Comments

Kiranya tak perlu kepintaran setinggi langit untuk menghadapi orang yang sedang marah dan kecewa. Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal cukup merendahkan hati dan bersedia “ngedeprok” di aspal untuk membalikkan keadaan.

(Lontar.co): Pemandangan itu terlihat saat aksi massa 1 September mendatangi gedung DPRD Lampung. Mereka disambut “hangat” Gubernur Mirza. Aparat kepolisian juga memperlihatkan langgam serupa. Memanusiakan manusia.

Tak pelak kerumunan para pengunjuk rasa di gerbang pintu masuk DPRD Lampung itu malah terlihat seperti nuansa lebaran. Pendemo dan polisi saling salam-salaman.

Padahal sebelumnya ada gemuruh marah bak api dalam sekam yang menyelimuti pikiran publik. Hampir bisa dipastikan pun demikian dengan isi kepala para pendemo. Mereka memendam kemarahan pada aparat.

Bagaimana tidak, sebelumnya khalayak luas menyaksikan dengan prihatin sambil menahan geram, video detik-detik insiden berdarah tewasnya Affan Kurniawan. Pengemudi ojek online atau ojol berusia 21 tahun itu, tewas usai dilindas secara brutal oleh kendaraan taktis atau rantis milik Brimob Polda Metro Jaya, Kamis (28 Agustus 2025).

Biarpun kejadian berlangsung di Jakarta, tapi solidaritas cepat terbangun dan menyebar luas. Tak heran kalau tuntutan para pendemo di banyak tempat ikut menyoal reformasi Polri dan pencopotan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Beberapa hari sebelumnya, kecemasan itu masih menggantung di banyak pikiran publik Lampung. Kiranya termasuk para petinggi di provinsi ini. Terlebih, Lampung pernah dijuluki sebagai “laboratorium politik” bagi nasional. Tentu ada cerita panjang di belakangnya, sampai julukan itu sempat menempel.

BACA JUGA  Ketika Kadiskominfotik Ganjar Peroleh Ganjaran  

Kegaduhan, chaos dan pengrusakan serta pembumihangusan fasilitas umum di wilayah lain, dikhawatirkan ikut merambat hingga Lampung. Untungnya Gubernur Mirza tak sekadar panjang akal. Dia punya sisi intuisi. Yang kemudian dijadikan pijakan untuk menyikapi keadaan yang berpontensi genting ini.

Doa adalah Senjata

Persis selang sehari sebelum pendemo bergerak, Gubernur Mirza menginisiasi kegiatan religius. Kegiatannya dibungkus dalam kemasan Doa Bersama Kebangsaan.

Acara yang dihelat di Kantor DPRD Lampung pada Minggu (31/8/2025) itu, melibatkan banyak kalangan. Mulai dari jajaran Forkopimda, tokoh agama serta tokoh masyarakat, juga pimpinan berbagai ormas.

Semula masih ada dugaan, kegiatan tersebut hanya akan bernasib sama seperti acara seremonial lain yang juga kerap digelar gubernur-gubernur sebelumnya. Penilaian itu sontak keliru ketika menyimak perkataan Gubernur Mirza.

Awalnya dia bilang, doa bersama dilakukan untuk menyatukan hati yang mungkin sempat terpecah oleh perbedaan niat dan tujuan.

“Insya Allah dengan satunya hati, pertolongan Allah akan datang kepada kita,” ucapnya.

Mirza menambahkan, doa merupakan inti dari ikhtiar manusia. Doa bukan sekadar permohonan, melainkan senjata orang beriman yang mampu mendatangkan pertolongan Allah.

Bila disimak, tidak ada dalil-dalil teoritis yang mengemuka untuk mengedepankan intelektualitas seorang Rahmat Mirzani Djausal. Ucapannya justru merujuk pada dalil religius. Dimana manusia makhluk lemah dan semata-mata hanya memohon pertolongan Tuhan. Pun pada saat menghadapi kondisi belakangan.

BACA JUGA  MBG Makan Korban lagi

Ini gaya berbeda yang belum pernah ditemui pada kepala-kepala daerah sebelumnya.

Mirza juga mengutarakan sudut pandang berbeda dalam melihat tensi politik yang mulai menghangat. Menurutnya, rangkaian demonstrasi merupakan dinamika kehidupan berbangsa.

Dia bahkan menyebut fenomena itu sebagai pertanda bahwa bangsa Indonesia masih hidup dan rakyatnya peduli terhadap arah perjalanan negara.

“Tugas pemerintah untuk mengakomodirnya. Sekaligus memastikan agar kepedulian masyarakat itu tersalurkan secara konstruktif, penuh etika, dan menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan,” ujarnya. 

Dia juga menyinggung keberadaan Lampung sebagai rumah bagi berbagai macam keberagaman. Beragam suku, agama, dan budaya yang hidup berdampingan.

“Inilah wajah sejati Indonesia. Inilah ruh dari Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai. Tanah yang senantiasa mempersatukan keberagaman,” ungkapnya.

Dengan kata lain, tidak ada kecemasan berlebihan yang tersirat dari ucapannya. Kiranya Gubernur Mirza hanya bediri tegak pada ikhtiar yang diyakini. Seraya berucap, “Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa,” pesannya.

Duduk Sejajar

Gerbang menuju gedung DPRD Lampung dipasangi rintang kawat berduri. Pagar kawat ini memisahkan pendemo yang berdesakan dan aparat kepolisian yang memusatkan penjagaan gedung dewan beserta lingkungan sekitar.

Gelombang pendemo mulai berdatangan sejak pukul 10 pagi. Mereka merapatkan barisan persis di luar gerbang. Seiring waktu jumlahnya terus bertambah. Melewati tengah hari massa makin memadat. Diperkirakan mencapai ribuan orang.

BACA JUGA  Latah PLTSa di Lampung

Mereka sempat merangsek mencoba merusak pagar kawat. Pada saat itulah, sekira pukul 13.30 wib, Gubernur Mirza muncul. Bersama rombongan yang mendampinginya, dia menyambangi pendemo.

“Mohon aparat kepolisian buka saja kawat berdurinya. Kami semua aman bersama mahasiswa. Hidup mahasiswa!” seru Mirza yang langsung disambut riuh oleh pendemo.

Tanpa berlama-lama, gubernur meminta barisan massa aksi di bagian depan untuk duduk bersama di jalan. Dia mendahuli “nge-deprok” di aspal. Dalam sekejap kerumunan itu mengikutinya. Tanpa menunggu lama giliran makanan dan air mineral menyusul dibagikan.

“Saya bangga sama kalian semua. Hari ini membuktikan bahwa Lampung berbeda. Kita cinta daerah ini, cinta masyarakat dan cinta negara kita. Silakan sampaikan aspirasinya. Tapi dengan tertib, ya,” kata Mirza seraya melempar senyum.

Gayung bersambut. Perwakilan mahasiswa menyampaikan beberapa poin tuntutan. Salah satunya terkait percepatan pengesahan UU Perampasan Aset.

Usai menyimak, gubernur menanggapi. Mirza berjanji akan meneruskan tuntutan massa aksi ke pusat. Di penghujung momen, dia menyampaikan rasa bangganya.

“Saya bangga, ternyata kita semua masih peka terhadap persoalan bangsa saat ini,” pungkasnya.

Ya, kepekaan pemimpin juga makin langka belakangan ini. Hanya pemimpin yang masih merawat kepekaan sanubarinya yang bisa terhubung dengan rakyat yang dipimpinnya. (*)

Further reading

  • biogas

    Nyala Api Biogas di Desa Rejobasuki, Dari Kotoran untuk Masa Depan

    Puluhan keluarga di Desa Rejobasuki, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, sukses mengembangkan biogas sebagai pengganti gas elpiji, tak hanya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga tapi juga untuk kelangsungan industri UMKM yang lebih hemat dan ramah lingkungan. (Lontar.co): Pagi-pagi sekali, Suhana sudah menyambangi kandang sapi di belakang rumahnya. Tak lama, ia keluar dari kandang membawa […]
  • sawah hilang akibat penduduk yang tak terbilang

    Sawah Hilang Akibat Penduduk yang Tak Terbilang

    Lahan persawahan di Bandarlampung, Lamsel dan sebagian Pesawaran makin tergerus akibat adanya alih fungsi lahan untuk permukiman. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi hingga arus urbanisasi ke kota yang marak, menjadi penyebabnya. (Lontar.co): Dua backhoe itu bekerja terus dari pagi hingga sore, meratakan sehektar lahan di wilayah Tanjungsenang itu, sejak tiga hari lalu. Rencananya, lahan yang […]
  • Nepal Bukan Kita

    Nepal bukan kita. Kita adalah Indonesia; santun dan beradab. Jauh dari pikiran Nazi (Naziisme). Jijik pada keinginan pembantaian! (Lontar.co): Viral, video-video unjuk rasa besar-besaran di Nepal. Demo yang tak lagi mengetengahkan misi perdamaian, menjelma jadi sungai darah, bantai, dan pengrusakan. Yang dihakimi massa adalah keluarga pejabat. Beginikah cara orang Nepal turun ke jalan? Nepal adalah […]