bengkel ecobrick kabarti

Dari Bengkel Ecobrick untuk Ikhtiar Menjaga Teluk Lampung dari Sampah Plastik

0 Comments
bengkel ecobrick kabarti
Berbagai produk kerajinan berbahan limbah sampah plastik yang dibuat Bengkel Ecobrick Kabarti. Foto: Bengkel Ecobrick Kabarti

Dari Bengkel Ecobrick untuk Ikhtiar Menjaga Teluk Lampung dari Sampah Plastik

About Author
0 Comments

Bengkel Ecobrick Kabarti yang dikelola sejumlah ibu rumah tangga, berhasil mengolah dan mendaur ulang sampah plastik menjadi produk ekonomis yang berguna dan menghasilkan. Upaya pengelolaan sampah plastik ini memang masih skala kecil, tapi menjadi ikhtiar serius untuk menjaga Teluk Lampung dari sampah plastik.

(Lontar.co): Suara ketukan palu dari arah bangunan berdinding papan itu terdengar sayup-sayup terbawa angin laut, suaranya riuh kadang rendah, tapi ritmenya relatif berirama meningkahi gemuruh ombak kecil Pantai Kabarti di Panjang Utara, Bandarlampung yang sesekali menepikan sampah-sampah ke tepian.

Siang itu, tiga pria yang usianya sudah paruh baya, terlihat serius, membuat rangka kursi sofa, dari kayu-kayu limbah.

Sementara di teras bengkel yang berhadapan langsung dengan Pantai Kabarti, empat perempuan juga tengah merangkai botol-botol plastik bekas membentuk sebuah pot, sesekali ada canda, kadang pula tawa meningkahi mereka, tapi tangan mereka tetap terampil bekerja.

Sebenarnya, ada lebih banyak lagi pekerja di Bengkel Ecobrick Kabarti, tapi hari itu, kebanyakan pekerja yang juga warga sekitar memang sedang beristirahat sambil menunggu rangka kursi sofa selesai dibuat.

Setiap hari, kesibukan pekerja Bengkel Ecobrick Kabarti yang didominasi oleh kaum perempuan yang ada di Kampung Baru Tiga, Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang, Kota Bandarlampung, memang terus meningkat, seiring dengan semakin banyaknya pesanan produk kerajinan berbahan ecobrick.

Bengkel Ecobrick Kabarti adalah industri rumahan yang fokus pada pembuatan produk rumah tangga berbahan daur ulang dari sampah-sampah plastik yang dikumpulkan dari perairan pantai Teluk Lampung. Sedang, Kabarti adalah akronim dari Kampung Baru Tiga yang merujuk wilayah tempat bengkel berada.

Turina, koordinator Bengkel Ecobrick Kabarti mengatakan produk kerajinan berbahan ecobrick yang dihasilkan oleh kelompoknya memang makin banyak diminati.

“Alhamdulillah, hasil daur ulang sampah plastik ini, bisa menjadi sumber penghasilan untuk ibu-ibu rumah tangga yang ada disini,” kata Turina.

Ia tak pernah mengira jika, upaya pengelolaan sampah plastik yang ia lakukan bersama sejumlah ibu rumah tangga, sejak tahun 2019 lalu ini, kian dikenal luas.

BACA JUGA  Dari Petengoran untuk Masa Depan

“Padahal dulu, kami hanya berpikir bagaimana menjaga lingkungan kami dari tumpukan sampah yang sering membuat banjir di daerah kami,” kata Turina mengenang.

Jauh sebelum Bengkel Ecobrick Kabarti ada, kawasan permukiman warga yang ada di pesisir Teluk Lampung ini memang menjadi tempat bermuaranya sampah.

Sampah yang dibuang warga ke aliran sungai dan sampah yang berasal dari laut, semuanya bermuara di sekitar Pantai Kabarti, Teluk Lampung ini.

Akibatnya, warga yang tinggal di kawasan pesisir harus merasakan dampaknya, selain kesan kumuh akibat sampah yang terus menggunung tiap hari, warga juga dibayangi musibah banjir tiap kali musim penghujan.

Melihat itu, Turina beserta kaum perempuan di lingkungannya berinisiatif untuk melakukan aksi bersih sampah melalui kelompok ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar Pantai Kabarti.

“Waktu itu, kita fokus mengumpulkan sampah plastik untuk diolah menjadi produk kerajinan. Awalnya, kita berharap mendapatkan hasil dari produk-produk kerajinan yang kita buat sambil ikut membantu membersihkan sampah di sekitar lingkungan kita,” ujarnya.

Tapi, karena jenis kerajinannya masih terbilang sederhana dan minimnya pengetahuan, membuat produk kerajinan hasil daur ulang buatan mereka kurang diminati.

Karena tidak menjanjikan, lambat laun anggota kelompok mulai berkurang. Dari yang semula beranggotakan 10 orang, berkurang hingga hanya tersisa 5 orang ibu rumah tangga saja, termasuk Turina.

“Banyak anggota yang akhirnya keluar, karena tidak memberikan penghasilan, ada juga anggota yang diterima bekerja di tempat lain,” kenang Turina.

Sampai kemudian, salah satu perusahaan BUMN memberikan pelatihan tentang pengelolaan sampah plastik menjadi ecobrick dan mengolah produk turunan dari ecobrick menjadi berbagai bentuk produk kerajinan bernilai ekonomi tinggi.

Ecobrick dianggap menjadi solusi paling efektif dan realistis untuk mengatasi sampah plastik yang menumpuk di Pantai Kabarti sekaligus bisa memiliki nilai ekonomis untuk ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar Pantai Kabarti.

BACA JUGA  Riwayat Keracunan di Lampung, dari PMT-AS sampai MBG

”Teknik ecobrick ini sangat sederhana, hanya dengan mengisi botol plastik bekas, dengan sampah plastik kemasan sampai padat, kemudian bisa diolah menjadi berbagai produk, seperti kursi sofa, lemari, pot bunga dan kerajinan lainnya,” jelas Turina.

Tiap satu botol plastik berukuran sedang, terang Turina, bisa diisi dengan sampah plastik kemasan hingga 250 gram. Dan, untuk botol plastik ukuran besar bisa diisi dengan sampah plastik hingga 500 gram.

Sejak itu, mereka membagi tugas, mulai dari mengumpulkan sampah plastik, mengolah menjadi ecobrick, hingga membuat produk kerajinan dari ecobrick.

Perlahan tapi pasti, kerajinan ecobrick mulai diminati, ibu rumah tangga yang bergabung dalam Bengkel Ecobrick Kabarti juga terus bertambah, karena hasilnya bisa menjadi penghasilan tambahan buat kebanyakan ibu rumah tangga.

Efektivitas pengelolaan sampah plastik menjadi ecobrick ini juga, mulai mendapat simpati warga yang ikut membantu mengumpulkan sampah plastik.

“Waktu itu, kami sampai kekurangan sampah plastik. Bayangkan saja, sampah plastik yang biasanya menumpuk di Pantai Kabarti saja sampai tak tersisa untuk kami olah jadi ecobrick,” kenang Turina lagi.

Saat ini, rata-rata kebutuhan sampah plastik yang digunakan untuk membuat ecobrick mencapai 100 kilogram perbulan. Dari total pengelolaan sampah plastik ini juga, sangat signifikan untuk mengurangi volume sampah plastik yang memenuhi Teluk Lampung.

“Di Pantai Kabarti ini, rata-rata jenis sampah plastik yang banyak kita temui itu, sejenis plastik kemasan bungkus makanan, dan itu sangat dibutuhkan untuk membuat ecobrick,”kata Turina menerangkan.

Kerajinan Ecobrick Jadi Sumber Penghasilan

Dari berbagai produk kerajinan ecobrick yang dijual hingga ke luar Provinsi Lampung itu, Bengkel Ecobrick Kabarti meraih keuntungan penjualan hingga jutaan rupiah, dan sangat membantu perekonomian ibu rumah tangga yang menjadi anggotanya.

Rata-rata tiap anggota Bengkel Ecobrick Kabarti bisa mendapat penghasilan hingga Rp500 ribu perbulan. Penghasilan ini, sangat efektif bagi ibu rumah tangga yang menjadi anggota kelompok untuk memperoleh pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

BACA JUGA  Tak Ada Gele Harun ‘daripada’ Soeharto

Dan, dari sekian banyak produk kerajinan buatan Bengkel Ecobrick Kabarti, sofa ecobrick menjadi hasil kerajinan yang paling banyak diminati.

“Banyak pembeli yang pesan sofa ecobrick, karena selain harganya terjangkau dan awet, bentuknya juga unik karena semua bahannya menggunakan ecobrick, kecuali kain sofanya,” kata Turina lagi.

Ide pembuatan sofa berbahan ecobrick ini juga, dilakukan Bengkel Ecobrick Kabarti untuk mengganti kayu yang selama ini dijadikan sebagai material utama pembuatan sofa.“Dengan membuat sofa ecobrick ini, setidaknya sudah membantu mengurangi penebangan pohon”.

Sofa ecobrick buatan Bengkel Ecobrick Kabarti yang dijual seharga Rp250 ribu – Rp350 ribu perunitnya ini, sudah melalui proses uji kekuatan beban hingga 100 kilogram,”uji coba produk ini kami lakukan untuk memastikan kualitas produk kami memang bisa bersaing dan tak kalah dengan kayu,” tutur Turina.

Mendapat Apresiasi dari Masyarakat

Upaya Bengkel Ecobrick Kabarti mengolah sampah plastik menjadi ecobrick ini juga mendapat sambutan dan apresiasi dari masyarakat bahkan hingga ke luar Provinsi Lampung.

Turina dan sejumlah anggota Bengkel Ecobrick Kabarti kerap diminta menjadi pembicara sekaligus melatih berbagai komunitas lingkungan hingga kelompok perempuan, seperti di Jawa Barat dan Yogyakarta.

Tak jarang juga, Bengkel Ecobrick Kabarti diminta melatih warga binaan di lembaga pemasyarakatan untuk membuat berbagai kerajinan ecobrick dari bahan sampah plastik.

“Senang rasanya bisa bermanfaat dan berbagi ilmu tentang pengelolaan dan pemanfaatan ecobrick, untuk membantu mengurangi sampah plastik sekaligus bisa menjadi sumber penghasilan,” kata Turina bangga.

Dari Ecobrick untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Kini, Turina dan anggota Bengkel Ecobrick Kabarti bersyukur, upaya pengelolaan limbah sampah plastik yang mereka lakukan, setidaknya mampu mengurangi volume sampah di kawasan pesisir Teluk Lampung.

“Mungkin apa yang kami lakukan saat ini belum terlalu berarti untuk menangani masalah sampah di laut, tapi setidaknya kami sudah berupaya dan tidak berdiam diri,” kata Turina.

Further reading

  • Betapa Mahal Alam Membalas

    Meski air sudah surut. Tetapi, duka cita warga dan keluarga korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, belum pulih benar. Pemulihan pascabencana (disaster recovery) itu yang amat berat! (Lontar.co): Trauma oleh bencana, tak mudah menghapusnya. Seorang kenalan yang langsung terlibat dalam bencana tsunami di Aceh 26 Desember 2024, “luka”-nya sampai kini belum pulih. Seluruh […]
  • Ijazah, Hanya Satu Kata, Tunjukkan!

    Di Kantin Nusantara TIM Jakarta, suatu hari di bulan September 2025, obrolan dari seni, sastra, dan akhirnya sampai ke soal ijazah. Masalahnya yang menyita publik Indonesia berbulan-bulan, namun belum ada celah untuk mendapatkan cahaya! (Lontar.co): Kawan, yang juga sastrawan dan akademisi di suatu perguruan tinggi swasta di Jakarta itu, sampai pada statemen bahwa ijazah Joko […]
  • In Memoriam Tjahjono Widarmanto:  Membaca Tanda ‘Senja Cokelat Tua’  

    Tiba-tiba saya teringat puisi Tjahjono Widarmanto — kembaran Tjahjono Widijanto, keduanya sastrawan, dimuat KBANews, tatkala saya baca kabar lelayu yang dibagikan Tengsoe Tjahjono di FB-nya, Kamis 27 November 2025 pagi. Nama yang disebut terakhir juga sastrawan. Ketiganya adalah akademisi.  (Lontar.co): Puisi itu berjudul “Angin, Malam, dan Catatan Beku”. Ini puisi lengkap Tjahjono Widarmanto (selanjutnya saya sebut […]