Keberadaan website di sekolah masih banyak yang mubazir. Ada tapi diabaikan. Padahal, tidak sedikit siswa yang kepingin mengabadikan karyanya. Kiranya, ada saluran yang tersumbat dalam pengembangan literasi digital.
(Lontar.co): Gedung serba guna SMAN 1 Seputih Agung, Lampung Tengah, terbilang luas. Kalau mau dibandingkan setara dua kali lapangan futsal. Dua pertiga ruangannya terisi jajaran kursi plastik. Terhampar menjadi dua sisi. Bagian kiri dan kanan.
Di antara sisi-sisi itu terbentuk jalur. Mirip gang di perumahan warga di perkotaan. Tepat di ujung barisan kursi terlihat meja berderet. Ada beberapa kursi disusun berjajar. Di belakangnya terpampang banner berukuran cukup besar. Di sana tertulis “Bimtek, Implementasi Literasi Digital pada Satuan Pendidikan SMAN dan SMKN di Lampung Tengah”.
Barisan kursi plastik berwarna biru itu sebagian besar sudah terisi peserta bimtek. Mayoritas pelajar. Sedangkan para guru dan kepala sekolah duduk di bagian depan. Persis berseberangan dengan deretan meja pemateri di dekat banner.
Biarpun ruangannya lega, suasana pagi itu cukup panas. Maklum saja atap ruang pertemuan mirip seng. Untung ada air cooler. Semacam kipas angin berukuran besar yang turut menghembuskan uap air. Jumlahnya hampir 10 unit. Tersebar di beberapa titik. Tak pelak, kehadirannya dianggap “dewa penolong” untuk menghalau rasa gerah.
“Jadi lumayan adem,” kata Fitri salah seorang pelajar peserta Bimtek, Kamis (4 September 2025). Dia hadir bersama seratus lima puluh lebih siswa lain dari 33 SMAN dan SMKN di Lamteng.
Ubah Paradigma
Suasana makin bergairah ketika Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Thomas Amirico didampingi Kabid SMA Diona Katharina, Kabid Pembinaan dan Ketenagaan Jhoni Effendi serta Kacabdin Wilayah VI Hartati membuka kegiatan.
“Lampung masih lemah literasi. Makanya kita terapkan praktik membaca dan menulis satu halaman untuk siswa setiap pagi, sebelum memulai proses belajar. Kita tidak bisa lagi hanya berwacana.
Sekarang waktunya untuk konkrit berbuat. Mengubah cara lama dengan cara-cara yang lebih produktif dan inovatif bagi dunia pendidikan di Lampung. Kegiatan hari ini merupakan salah satu terobosan kita untuk meningkatkan budaya literasi di satuan pendidikan,” ungkap Thomas.

Bimtek Literasi Digital ini mendapat dukungan dari Pemred Club yang mewadahi para pemimpin redaksi dari berbagai media di Lampung. “Sebagai insan pers kami ingin berkontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan,” ucap Herman Batin Mangku (Pemred Helo Indonesia) koordinator Pemred Club Lampung.
Untuk bidang pendidikan, imbuhnya, Pemred Club memandatkan kepada Hendri Std dari media Lontar.co sebagai koordinator kegiatan literasi digital di SMAN/SMKN se-Lampung. Turut berada dalam tim literasi mantan Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung, Juniardi (Pemred Sinar Lampung).
Secara garis besar, terang Herman, kegiatan literasi digital berperan membantu SMAN/SMKN untuk memberdayakan website yang sudah dimiliki tiap sekolah. Upaya pemberdayaan itu diawali dengan memberi pelatihan dan bimbingan teknik dasar penulisan kepada perwakilan siswa dan guru sekolah.
“Kalau sudah bisa menulis secara benar, pada akhirnya siswa dan guru peserta pelatihan bisa meng-upload karya tulisnya ke website sekolah. Tema tulisannya bisa beragam. Dengan demikian budaya menulis dan membaca dapat tumbuh di satuan pendidikan.
Kemudian website sekolah bisa menjadi media penghubung antara pihak sekolah dengan khalayak luas. Wali murid dan publik bisa mengetahui berbagai aktivitas dan pencapaian sekolah tersebut melalui website sekolah,” papar Herman, sambil menyebut selama ini pengelolaan website sekolah belum optimal.
Dia juga menjelaskan kegiatan ini akan terus berlanjut ke seluruh kabupaten/kota di Lampung. Pada 9 September 2025 Pemred Club Bidang Edukasi akan memberi pelatihan penulisan dasar di Kabupaten Tulangbawang Barat.
Sementara Juniardi menambahkan, untuk bisa mewujudkan rencana tersebut jelas tidak bisa ditempuh hanya melalui sekali pelatihan penulisan. Dibutuhkan pembinaan berkesinambungan.
Dalam hal ini Pemred Club mengakomodasinya melalui WhatsApp grup. Sehingga peserta pelatihan tetap bisa terhubung dan berkonsultasi dengan pemateri setiap saat.
“Kami juga mencoba mengubah pola pikir yang selama ini sering memandang sebuah kegiatan hanya sebagai seremonial saja. Jelas itu bukan perkara mudah. Tapi mesti dimulai. Kalau memang kita ingin meningkatkan budaya literasi di sekolah,” terangnya.

Di sisi lain Pemred Club Bidang Edukasi juga mengharapkan peran aktif setiap kepala SMAN dan SMKN untuk mulai membongkar paradigma lama. Dari interaksi bersama guru dan siswa peserta bimtek diketahui, masih banyak kepala sekolah yang memegang kendali penuh atas pengelolaan website sekolah.
Alhasil, siswa terkendala untuk terlibat mengelola website sekolah. Bahkan menurut seorang guru, penentu sebuah materi bisa di-posting atau tidak sangat bergantung pada kebijakan pimpinan sekolah. Sementara kepsek sudah sangat disibuki oleh berbagai agenda pekerjaan. Tak pelak butuh proses lama yang pada akhirnya menyurutkan semangat siswa dan guru untuk berpartisipasi mengelola website sekolah.
“Hal-hal semacam itu yang perlu dirubah. Nantinya, para peserta pelatihan sudah bisa menentukan mana materi tulisan yang layak tayang atau tidak. Jadi tidak perlu lagi terlalu mengedepankan peran kepsek.
Cukup ditunjuk satu orang yang mewakili, misalnya wakil kepala sekolah bidang kesiswaan atau guru lain yang punya waktu untuk mendampingi siswa. Jangan sampai Dinas Pendidikan sudah melakukan terobosan tapi mandeg di pelaksanaan karena ketidakpahaman kepsek,” pesan Herman. (*)