Pada IDC AMSI 2025, Lima Media Berbagi Resep Kembangkan Bisnis di Era AI

0 Comments

Pada IDC AMSI 2025, Lima Media Berbagi Resep Kembangkan Bisnis di Era AI

0 Comments

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak hanya membawa risiko disrupsi bagi industri media, namun juga membuka peluang bisnis dan inovasi baru.

(Lontar.co): Media digital dituntut untuk beradaptasi, meningkatkan kinerja organisasi, serta menjaga kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi agar tercipta ekosistem digital yang inklusif dan demokratis.

Kondisi bisnis industri media digital saat ini sangat menantang, mulai dari disrupsi AI, perubahan algoritma, hingga gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Tantangan lain datang dari kompetisi dengan kreator konten di media sosial.

“Untuk bertahan, media perlu berinovasi dan mencari sumber pendapatan baru,” kata CEO Valid News Erik Somba dalam gelaran Indonesia Digital Conference (IDC) 2025, di The Hub Epicentrum, Rabu (22/10/2025).

Agenda tahunan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) ini mengangkat tema Revenue Stream Baru Bisnis Media Digital.

Erik mengatakan, AI tidak akan mematikan jurnalisme. Ada banyak perusahaan yang berupaya mencari solusi di tengah media yang ramai-ramai memilih efisiensi. “Saya melihat jurnalisme masih kuat,” katanya.

Secara tradisional sumber pendapatan media berasal dari iklan, langganan, pembelian eceran. Di media digital bisa dari adsense, google mediated team, dan free platform.

“Revenue bisa dari mana saja, misalnya kami di Valid News mendapatkan sedikit revenue dari konsultasi skripsi. Hukum Online punya pendapatan dari subscriber dan konsultasi hukum,” kata Erik.

BACA JUGA  Singkong dan Negara yang Dibuat Tak Berdaya Menghadapi Korporasi

IDN menyampaikan pengalamannya dalam mencari revenue stream industri digital, salah satunya mengelola kreator konten. Vice President of Indonesia Creator Economy (ICE) IDN Hana Novitriani mengatakan, mengelola kreator konten bisa menjadi peluang bisnis bagi IDN.

Dia menjelaskan jumlah kreator konten yang aktif di Indonesia mencapai 12 juta orang. Saking banyaknya, terjadilah perubahan konsumsi media. Dulu audiens mengejar berita atau konten, tapi sekarang konten yang mengejar audiensnya.

Kepercayaan masyarakat terhadap kreator konten pun meningkat. Hasil riset IDN Creator Marketing Report 2026 mencatat sekitar enam dari 10 orang Indonesia lebih percaya kepada kreator konten.

“Media, kreator, dan AI dapat bersama-sama memberikan nilai lebih dalam ekosistem digital. Lebih dari sekadar mendapatkan audiens, tapi bagaimana mendapatkan trust,” ujarnya.

Di sisi lain nilai pasarnya pun terus meningkat. Tahun 2030 diperkirakan nilai pasar kreator konten mencapai sekitar Rp7 triliun. “Ini juga merupakan peluang bagi media,” kata Hana.

CEO Berita Jatim Dwi Eko Lokononto mengatakan menjalankan bisnis media juga harus diimbangi dengan membangun personal brand awak medianya. Hal ini diperlukan untuk membangun trustkepercayaan publik terhadap media.

Selama ini Berita Jatim tidak memanfaatkan google adsense dalam bisnisnya. “Kami tidak mengerti SEO (search engine optimization), kami tidak tahu ini bisa menghasilkan pendapatan,” ujarnya.

BACA JUGA  Hukuman Mati untuk Noel!

Meski begitu,  pendapatan iklan dan kerja sama Berita Jatim cukup besar di Jawa Timur. Ini karena kekuatan brand produk, pimpinan dan awak medianya. “Kami punya jasa konsultasi, event organizer, survei, dan beberapa pekerjaan komunikasi lainnya,” ujarnya.

Berbeda dengan Berita Jatim, Serayunews sudah berhasil memanfaatkan AI dalam bisnisnya. Menurut CEO Serayunews Galih Wijaya, AI bukanlah ancaman. Bahkan media mereka mampu memanfaatkan AI untuk membuat pertumbuhan bisnisnya lebih cepat dan efisien.

AI juga membuka peluang sumber revenue baru di bisnis Serayu News. Mereka melakukan diversifikasi model bisnis dengan memonetisasi konten dan data dengan bantuan AI. AI digunakan untuk membuat konten sponsor dan institusi. Mereka juga membuka bisnis pelatihan menggunakan AI untuk perusahaan dan institusi pemerintah.

“AI membawa Serayunews mengalami kenaikan omzet lebih dari 1.000 persen dari tahun sebelumnya. Biaya produksi pun menurun 25 persen dan terus turun,” kata Galih.

Media lokal berbasis di Purwokerto, Jawa Tengah ini, mengadopsi AI untuk banyak hal, salah satunya optimalisasi konten. AI juga dimanfaatkan untuk menganalisis tren isu lokal, optimalisasi websitenya di mesin pencari (SEO/search engine optimization), serta membuka peluang kolaborasi dengan media lokal di seluruh Indonesia.

BACA JUGA  Titik Balik Literasi Digital di Sekolah Provinsi Lampung  

Direktur Tempo Institute Qaris Tajudin mengatakan, untuk bisa survive, Tempo juga membangun bisnis yang beragam. Penghasilan utama memang dari media, tapi biaya media juga lebih besar. “Kami punya bisnis lain seperti pendidikan, data science, event, Tempo TV, dan semuanya memberikan revenue terhadap bisnis Tempo,” ujarnya.

Dia menceritakan pengalaman Tempo yang sudah dua tahun ini membuat program Independent Media Accelerator untuk mencari sumber pendapatan baru bisnis media. Banyak ide-ide muncul seperti membuat pusat data investasi lokal hingga agen travel.

Tahun ini Independent Media Accelerator yang dibuat Tempo diikuti oleh 30 media lokal. Para peserta tersebut diminta mencari cara untuk membesarkan sistem konten berbayar. “Seperti apa konten yang diinginkan masyarakat? Pastinya yang eksklusif dan orisinil. Karena AI tidak bisa membuat berita atau konten yang ekslusif,” kata Qaris.

Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 diselenggarakan AMSI di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22–23 Oktober 2025. Tahun ini, IDC mengangkat tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”, yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi gelombang transformasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI).(*)

Further reading