Anggota DPRD Lampung Tidur dan Main Gawai Saat Rapat Paripurna Itu Jamak, Gitu Aja kok Repot!

0 Comments
Anggota dewan tertidur saat rapat termasuk manusiawi? kalau begitu mari tidur berjamaah. (Ilustrasi: Lontar.co)

Anggota DPRD Lampung Tidur dan Main Gawai Saat Rapat Paripurna Itu Jamak, Gitu Aja kok Repot!

0 Comments

“Jangan nilai buku cuma dari sampulnya”, begitu orang bijak pernah bilang. Petuah tersebut agaknya cocok buat komentari pemberitaan yang menghangat tentang anggota DPRD Lampung yang kedapatan tidur dan main gawai saat rapat paripurna.

(Lontar.co): Kawan-kawan wartawan ini suka iseng, deh. Ketika tujuan utama datang ke gedung DPRD Lampung pada Selasa (12/8/2025) untuk meliput rapat paripurna, eh yang ramai muncul di pemberitaan malah anggota dewan yang sedang tertidur pulas (Eh, itu pulas atau tidur ayam, ya?).

Mestinya kan nggak begitu. Publik tentu lebih penting memperoleh informasi apa isi rapat paripurna. Apalagi temanya tentang Raperda perubahan APBD 2025. Mestinya yang masif dirilis apa pengaruh isi rapat terhadap pembangunan daerah, misalnya. Atau apakah dalam rapat muncul gagasan brilian agar keuangan daerah bisa moncer. Bisa bangkit.

Bisa melonjak tinggi, tapi asal jangan beranjak tinggi dari hasil melulu memijak pundak rakyat, misalnya dengan ugal-ugalan mengeksploitir pajak dari warga. Kalau sekadar nagihin ‘upeti’ tapi kagak kasih jalan ke rakyat supaya punya penghasilan lebih baik, kayaknya emak-emak naik motor metic geter disuruh nagih juga bisa!

Model-model informasi kayak begitu yang mestinya disorot tajam, setajam silet yang baru dibeli di IndoAgustus atau AbsenMart. Jadi fungsi pers yang informatif sekaligus edukatif benar-benar dirasakan manfaatnya oleh publik.

Jangan malah nyenterin anggota dewan yang lagi bobok. Yaelah, itu sih unfaedah. Kagak ada bagus-bagusnya buat ditiru. Lagian memang ngefek kalau diberitain. Apa berharap beritanya bisa bikin jera. Atau untuk pelajaran bagi wakil rakyat lainnya?

Alamak, kok mau-maunya masih berharap sama yang kayak begitu-begitu. Apa tidak ingat dengan lirik lagu Iwan Fals yang sudah mengabarkan tabiat wakil rakyat sejak tempo doeloe? Atau juga sudah lupa kalau berita anggota dewan tidur saat sidang acapkali berulang.

BACA JUGA  Belajar Banyak dari Perpustakaan HB Jassin

Mungkin, karena kursi rapatnya terlalu nyaman sampai bisa meninabobokan? Jangan anggap enteng soal kenyamanan ini. Kalau masih ingat, dulu ada iklan sebuah kursi yang kenyamanannya diklaim luar biasa. Bunyinya, ‘Kalau sudah duduk (sampai) lupa berdiri. Ahayyy!!!

Sekadar pengingat, sebelumnya juga ada pemberitaan masif tentang anggota dewan yang tidur saat rapat. Ceritanya malah lebih tragis. Peristiwanya berlangsung di DPRD Lampung Selatan.

Ketika itu ada wakil rakyat terhormat yang tertidur di kursi gedung rapat dewan. Padahal agenda sedang berlangsung paripurna pengesahan 8 ranperda. Momen itu lantas diangkat menjadi berita. Kabarnya beredar luas.

Keesokan harinya, si anggota dewan yang tertidur bertemu wartawan yang menulis beritanya. Dia mencak-mencak. Memang sih anggota dewan ini ternyata ketua sebuah perguruan pencak silat di Lampung Selatan.

Sambil emosi dia bilang, “Ngapain juga orang tidur diberitain. Kalau anggota saya sampai tahu, kamu bisa dicari sama mereka!”

Si wartawan yang merasa diancam lantas cerita ke wartawan lainnya. Belakangan, malah beberapa wartawan balik ngegeruduk anggota dewan yang sempat berang itu. Sedikit berdebat, akhirnya si anggota dewan minta maaf, sambil tetap berdalih kalau dirinya tidak bermaksud mengancam siapa-siapa.

Biarpun peristiwa ini pernah menjadi trending topic di lingkup DPRD dan Pemkab Lampung Selatan, nyatanya tidak bikin kapok. Sebab peristiwa nyaris serupa tetap berulang. Memang, kendati tidak sampai keluar ancaman ke arah fisik, uniknya malah kawan-kawan sesama anggota dewan yang “pasang badan” melindungi rekannya.

Kejadiannya akhir tahun lalu. Jadi Selasa (12/11/2024) itu, Badan Anggaran DPRD Lampung Selatan menggelar Ranperda APBD 2025. Tak dinyana salah seorang anggota dewan terlihat cuek tidur di sandaran kursi. Padahal ada para petinggi dewan di sekitarnya.

BACA JUGA  Ketika Komik Bertahan di Alur Cerita yang Konsisten

Memang, sebelumnya anggota dewan ini sempat vokal. Dia mengkritisi pelaksanaan program pada Dinas Sosial yang menurutnya masih banyak tumpang tindih. Dia mengecam dan meminta untuk segera dibenahi.

Tapi abis mengaum bak singa podium, tak lama berselang anggota dewan ini kedapatan sudah terlelap. Lebih anehnya lagi, perilakunya itu tidak ditegur oleh para petinggi dewan. Padahal jarak mereka duduk berdekatan.

Saat awak media mengonfirmasi usai sidang, para petinggi dewan malah bilang bisa memaklumi kondisi rekannya tersebut. “Sebenarnya dia masih sakit, lho. Justru karena rasa tanggung jawabnya yang besar akan urusan daerah, dia bela-belain datang ikut rapat,” terang seorang petinggi dewan.

Rekan lainnya juga ikut angkat bicara. “Inilah Kawan-kawan wartawan ini suka nggak fair. Tadi kan sebelum tertidur kawan saya itu sudah kenceng mengoreksi program Dinsos. Bukan nulis tentang kritik yang disampaikan, sekarang malah ngurusin orang tidur,” ucap rekan satu partai sang anggota dewan yang tertidur tadi. Sayangnya, yang bersangkutan justru tak bisa dikonfirmasi. Dia sontak hengkang sesaat rapat ditutup.

Mereka Orang Terhormat

Nah, dari sini kita bisa tarik benang merahnya. Jangan terlalu tergesa-gesa memberitakan negatif, kalau melihat ada anggota dewan tertidur saat mengikuti rapat. Sebab, pasti ada penjelasan dengan seabrek alasan.

Anggota dewan main gawai saat rapat itu biasa karena banyak yang diurus. (Ilustrasi: Lontar.co)

Jangan lupa mereka ini pendekar-pendekar yang piawai bersilat lidah. Sesuatu yang janggal, bisa malah dibikin masuk akal.

Lagi pula sangat manusiawi toh kalau manusia tidur. Benar, mungkin, tempatnya tidak pas. Tapi belajar berpikir positif, deh. Boleh jadi dia tertidur karena keletihan usai beraktivitas melayani konstituen di dapilnya. Saking kerja keras, sampai mengabaikan waktu beristirahat. Akhirnya tak sengaja tertidur saat dibelai hembusan pendingin ruangan.

BACA JUGA  MBG Makan Korban lagi

Begitupun kalau melihat anggota dewan asyik main gawai di ruang rapat. Jangan pula lekas berpikir kotor. Itu pasti sedang lihat bokep. Heyyy…., ingat Maria Ozawa alias Miyabi sudah menggantung lingerie, pensiun. Begitupun Kae Asakura, mantan bintang film dewasa itu, kini menjadi mualaf. Sudah hijrah dan berhijab. Jadi sudah enggak musim lagi nonton begituan.

Jangan pula berhalusinasi terlalu jauh dengan menganggap orang-orang terbaik hasil pilihan rakyat banyak itu, sedang menyatroni aplikasi Michat. Bukan, jangan kelewat berimajinatif. Kalau pun mungkin sedang berselancar di aplikasi yang katanya sering dijadikan layanan prostitusi itu, tujuannya mungkin ingin membuktikan dugaan banyak orang selama ini. Mirip-mirip undercover tipis-tipislah.

Kalau sudah membuktikan sendiri, nanti isunya kan bisa dibawa ke meja rapat. Biar bisa ditanggulangi lewat kebijakan-kebijakan strategis yang diusulkan ke pemerintah atau kepolisian. Itu positif, toh? Ya, positiflah!

Sekali lagi please deh, Kawan-kawan jurnalis. Jangan terlalu underestimate sama wakil rakyat. Kasihan lho, mereka itu sudah habis modal banyak untuk bisa duduk di kursi-kursi dewan. Sudah pontang-panting, jungkir balik kepala jadi kaki terus kaki di kepala, semua demi menampung aspirasi konstituen.

Mereka itu juga sudah pegal, lelah, karena kelamaan menjadi penyambung lidah rakyat. Sudah semestinya, kita mengapresiasi. Tidak melulu mendahulukan suudzon.

Termasuk menyikapi anggota dewan yang tidak datang ke rapat. Boleh jadi mereka sedang sidak di lapangan. Kepentingan rakyat di bawah tak kalah urgent dengan rapat-rapat. Positif thinking-lah. Eeeaaa!

Atau biar kawan-kawan wartawan bisa memahami psikologis dan tabiat anggota dewan, ada baiknya mengingat kembali ucapan almarhum Gusdur. Beliau pernah bilang, anggota dewan itu mirip taman kanak-kanak. Mungkin maksudnya lucu dan menggemaskan, juga sedikit menyebalkan! (*)

 

Further reading

  • eva dwiana

    Eva Tak Punya Legitimasi yang Kuat, Ia Hanya Didukung oleh Kurang dari 30 Persen Warga Bandarlampung

    Sebagai walikota, Eva sebenarnya tak punya akar legitimasi yang kuat untuk memimpin kota. Kondisi ini, berkorelasi dengan kebijakannya yang cenderung ngawur dan egosentris. (Lontar.co): Sejak pagi, backhoe itu terus mengeruk aspal yang digali di pelataran gedung Kejati Lampung. Sementara, sejumlah pekerja konstruksinya terlihat mondar-mandir mengangkut material dengan angkong. Meski masih relatif pagi, aktivitas konstruksi di […]
  • 60 Penulis ‘Menelisik Lampung’ Penuh Warna

    Masih sedikitnya ketersediaan buku yang membicarakan ke-Lampung-an, kini terjawab. Dinas Perpustakaan Lampung meluncurkan buku ini, Menelisik Lampung, berisi karya puisi, cerpen, dan esai (opini). Dikemas apik. (Lontar.co): Bangga jadi ulun Lappung (orang Lampung). Lampung, sebagai etnis, sangat kaya seni budaya. Daerah ini saja memiliki dua jurai bagi etnis Lampung, yakni pepadun dan saibatin — pedalaman […]
  • bahan pangan tersandera mbg

    Bahan Pangan yang Tersandera MBG

    Tingginya permintaan harian Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Makan Bergizi Gratis, memicu naiknya harga bahan pokok di sejumlah pasar. Masyarakat dan pedagang tradisional mengeluh. (Lontar.co): Meski sudah menunggu sejak pagi, Erni hanya mampu membeli sekilo telur dan 5 kilogram beras di pasar murah yang digelar di Kantor Kecamatan Bumi Waras itu. Banyak bahan pokok yang […]