Di bawah binaan BRI, Kopi Intan berhasil membawa kopi Lampung di kenal diberbagai daerah di Indonesia.
(Lontar.co): Aroma biji-biji kopi yang sudah selesai di roasting itu menguar kemana-mana, asalnya dari arah salah satu rumah di Kampung Empang, Pasir Gintung, Bandar Lampung.
Dari dalam rumah sederhana yang terus menebarkan semerbak harum biji kopi itu, Inaya Sofia mengamati dengan teliti tiap biji kopi yang ia roasting, untuk memastikan profil biji kopinya sudah sesuai dengan pesanan pembeli.
Hari itu, ia memang sedang banyak menerima pesanan kopi bubuk. Pembelinya kebanyakan berasal dari luar Lampung.
Untuk memastikan kualitas produknya tetap terjaga, Inaya memang selalu terjun langsung melakukan prosesnya sendiri, bahkan sejak pemilihan biji kopi dari petani hingga proses roasting.
“Kami ingin memastikan bahwa tiap bubuk kopi yang kami jual, berasal dari biji-biji kopi robusta terbaik agar kualitasnya tetap terjaga,” kata Inaya.
Standar kualitas ini, ia pelajari langsung dari orang tuanya, bahwa untuk memperoleh secangkir kopi dengan aroma dan cita rasa yang nikmat, prosesnya memang amat panjang, bukan hanya saat menyeduh, tapi juga sejak dari proses budidaya hingga panen.
“Biji-biji kopi yang dipanen adalah biji-biji kopi yang memang sudah siap petik atau petik merah, karena ini juga amat menentukan cita rasa,” jelas Inaya.
Inaya percaya, kualitas menjadi hal paling utama yang membuat Kopi Intan bisa terus bertahan dan dipercaya hingga saat ini, sejak tiga puluh tahun lalu.
Usaha yang pertama kali dirintis oleh orang tuanya sejak tahun 1995 ini, awalnya hanyalah jasa penggilingan bubuk kopi biasa, sampai kemudian berkembang menjadi usaha penjualan kopi bubuk yang kemudian lebih dikenal dengan merek Kopi Intan.
Dulu, proses roasting kopi, masih di sangrai dengan penggorengan biasa.
Saat itu, biji-biji kopi yang di sangrai memang sepenuhnya mengandalkan insting dari orang tua Inaya saja, sehingga tak ada variasi profil dari biji-biji kopi yang di sangrai dengan penggorengan konvensional itu.
Ketika usaha ini dilanjutkan olehnya, ia terkendala pada proses penyangraian ini. Inaya kesulitan untuk menentukan profil biji-biji kopi melalui metode penyangraian secara manual ini, padahal konsumen mereka kerap kali meminta berbagai varian profil hasil roasting, selain itu, jumlah biji kopi yang bisa di sangrai dengan penggorengan biasa, jumlahnya juga amat terbatas.
Kendala ini yang kemudian menjadi ganjalan serius buat Inaya. Ia khawatir kualitas bubuk kopi yang dihasilkan akan berpengaruh dengan cita rasa dan penjualan Kopi Intan. Tak hanya itu saja, keterbatasan kapasitas produksi membuat penjualan jadi tidak maksimal.
“Kalau masih di sangrai, kami bukan cuma sulit untuk menjaga kualitas, tapi juga susah untuk bisa mengembangkan omzet penjualan,” tutur Inaya.
Keadaan ini, yang kemudian menuntut Inaya untuk bisa memiliki mesin roasting otomatis berkapasitas besar yang sudah dilengkapi berbagai fitur untuk menentukan profil biji kopi yang akan di roasting.
Namun, omzet penjualan yang masih minim hingga modal yang terbatas, menjadi hambatan serius bagi Inaya untuk bisa membeli mesin roasting yang harganya jutaan rupiah.
“Waktu itu sempat terpikir untuk mengajukan pinjaman di bank, tapi khawatir bunganya terlalu tinggi, dan kita juga takut nggak mampu untuk mencicil angsurannya,” ungkap Inaya lagi.
Tapi, karena tuntutan kebutuhan, sekaligus ingin menjaga kualitas Kopi Intan, mau tak mau, mesin roasting memang sudah menjadi kebutuhan yang mendesak.
Mengajukan pinjaman ke bank memang menjadi jalan terakhir buat Inaya. Tapi, ia tetap selektif, memilih bank yang bisa memberikan fasilitas kredit, tapi tak memberatkan dalam banyak hal, khususnya angsuran dan bunga pinjaman.
Inaya juga sempat meminta rekomendasi bank yang sesuai kriterianya itu, ke sejumlah pedagang maupun kerabatnya,”semua yang saya tanya, selalu memberi rekomendasi untuk mengajukan pinjaman ke BRI saja. Walaupun, saya masih agak khawatir bunganya bakal besar,” jelasnya lagi.
Tapi, keraguan Inaya itu perlahan hilang dan berganti menjadi kebahagiaan.
Banyak kemudahan yang justru ia peroleh saat mengajukan pinjaman di BRI, selain bunga dan angsurannya yang ringan, prosesnya juga terbilang cepat dan mudah.
“Sejak itu, saya yakin, BRI bisa memberi solusi untuk pengembangan usaha kami,” katanya.
Inaya bahkan tak hanya sekedar mendapat fasilitas pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang ringan saja, tapi juga mendapat pembinaan langsung dari BRI.
Kopi Intan juga secara khusus dipromosikan oleh BRI dalam berbagai even lokal maupun nasional bahkan diikutsertakan dalam program BRIlianpreneur, sebuah program dari BRI yang fokus pada pengembangan dan perluasan pasar bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, termasuk membantu mereka menembus pasar internasional.
Kesempatan mengikuti program BRIlianpreneur itu yang menjadi momentum buat Inaya membuka wawasannya untuk mengembangkan Kopi Intan agar lebih dikenal lagi.

Dari bimbingan BRI itu pula, Inaya juga mulai mengembangkan usaha kopinya dengan merek baru, yakni; Koptan, untuk memaksimalkan omzet penjualan ke berbagai daerah di Indonesia.
“Koptan ini adalah pengembangan dari Kopi Intan, konsepnya lebih premium, mulai dari kemasan hingga profil kopi yang bisa ditentukan langsung oleh konsumen sesuai keinginan. Koptan ini, pasarnya memang lebih mengarah pada segmen milenial dan gen Z sebagai penikmat kopi dengan karakteristik atau profil kopi tertentu,” jelas Inaya.
Dalam hal digitalisasi transaksi, BRI juga mulai mengenalkan kepada Inaya, penggunaan QRIS BRI dan mesin Electric Data Capture (EDC) untuk melakukan beragam transaksi non tunai, baik melalui kartu debit, kartu kredit hingga pembayaran digital seperti QRIS dan BRIZZI.
Sejak menjadi binaan BRI pula, ia merasa termotivasi untuk mengenalkan Kopi Intan ke berbagai daerah di Indonesia,”saya begitu termotivasi saat melihat begitu besarnya kepedulian yang diberikan BRI kepada saya”.
Berbagai even pun ia ikuti, tekadnya sudah bulat untuk mengenalkan Kopi Intan kepada semua orang, hal ini penting, selain untuk meningkatkan omzet penjualan, juga untuk mengenalkan kopi Lampung. Bahkan, Kopi Intan berhasil meraih juara dalam lomba cupping kopi se-Lampung di Begawi Kopi Lampung, menyisihkan lebih dari 168 peserta lainnya.
“Sebagai mitra binaan BRI, kami sangat bersyukur dan beruntung, karena dampaknya sangat besar sekali buat kami,” kata Inaya bersyukur.
Inaya tak pernah membayangkan, usaha yang dirintis oleh orang tuanya, kini bisa dikenal dan diminati tak hanya oleh masyarakat Lampung, tapi juga hingga di tingkat nasional.
Berkat dukungan BRI pula, Kopi Intan kini tengah menyiapkan rumah produksi baru, untuk semakin meningkatkan kualitas dan omzet.
Selain itu, Inaya juga akan memaksimalkan penjualannya melalui platform media sosial dan marketplace.
“Kami bisa seperti ini, karena didukung sepenuhnya oleh BRI. Kami tak bisa membayangkan, jika tak menjadi mitra BRI, mungkin kami tak bisa sebesar sekarang”.








