kopi intan
Petani kopi di Ulubelu sedang memperoleh pelatihan pemilihan biji kopi berkualitas oleh Kopi Intan. Foto: Dok. Kopi Intan

Bersama BRI, Kopi Intan Sukses Naik Kelas

0 Comments

Di bawah binaan BRI, Kopi Intan berhasil menapaki pemasaran kopi Lampung hingga ke berbagai daerah di Indonesia.

(Lontar.co): Aroma harum biji-biji kopi yang sudah selesai di roasting itu menguar kemana-mana, asalnya dari arah salah satu rumah di Kampung Empang, Pasir Gintung, Bandar Lampung.

Dari dalam rumah sederhana yang terus menebarkan semerbak harum biji kopi itu, Inaya Sofia terus mengamati dengan teliti tiap biji kopi hasil roasting, untuk memastikan profil biji kopinya sudah sesuai dengan pesanan pembeli.

Hari itu, ia memang sedang banyak menerima pesanan kopi bubuk. Pembelinya kebanyakan berasal dari luar Lampung.

Untuk memastikan kualitas produknya tetap terjaga, Inaya memang selalu terjun langsung melakukan prosesnya sendiri, bahkan sejak dari pemilihan biji kopi dari petani.

“Kami ingin memastikan bahwa tiap kopi yang kami jual, sudah memenuhi keinginan pembeli, bahkan sejak dari pemilihan biji-biji kopi hasil panen, kami juga langsung ke perkebunan kopi petani, untuk memastikan bahwa buah kopi yang dikirim adalah kopi yang berkualitas terbaik,” kata Inaya.

Standar kualitas ini, ia pelajari langsung dari orang tuanya, bahwa untuk memperoleh secangkir kopi dengan aroma dan cita rasa yang nikmat, prosesnya memang amat panjang, bukan hanya saat menyeduh, tapi juga sejak dari proses budidaya hingga panen.

Karenanya, ia amat selektif dalam hal menampung kopi-kopi dari petani. Daerah-daerah seperti Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat adalah dua dari sedikit daerah di Lampung yang telah dikenal sejak lama sebagai penghasil kopi berkualitas terbaik.

BACA JUGA  “Tersisih”

“Kondisi geografis lahan, ketinggian, kelembaban hingga iklim sangat menentukan cita rasa kopi. Kemudian, pada proses panen, kami memilih buah-buah kopi yang sudah matang atau yang berwarna merah, karena ini juga amat menentukan cita rasa,” jelas Inayah.

Karena, ia percaya, kualitas menjadi hal paling utama yang membuat Kopi Intan bisa terus bertahan dan dipercaya hingga saat ini, sejak tiga puluh tahun lalu.

Usaha yang pertama kali dirintis oleh orang tuanya ini, bermula dari jasa penggilingan kopi yang dijalankan oleh ayahnya, dan akhirnya berkembang menjadi usaha penjualan kopi bubuk yang kemudian lebih dikenal dengan Kopi Intan.

Dulu, proses roasting kopi, masih dilakukan dengan cara manual. Biji-biji kopi hasil panen diolah hanya melalui proses penyangraian dengan penggorengan, saat itu, profil biji kopi yang di sangrai memang sepenuhnya mengandalkan insting dari orang tua Inayah, yang sejak remaja memang sudah menekuni pengolahan bubuk kopi.

Ketika kemudian usaha ini diteruskan oleh Inayah dan suaminya, proses penyangraian memang amat terkendala dengan minimnya biji kopi yang bisa di sangrai, selain itu, Inayah dan suaminya juga amat kesulitan untuk menentukan profil biji-biji kopi melalui metode penyangraian seperti ini.

Sehingga ia membutuhkan mesin roasting otomatis yang sudah memiliki fitur untuk menentukan profil biji kopi yang hendak di roasting.

BACA JUGA  Bahan Pangan yang Tersandera MBG

Ketika itu, ia terkendala dengan keterbatasan modal, apalagi omzetnya ketika itu belum memungkinkan untuk membeli mesin roasting yang harganya jutaan rupiah.

Tapi, karena tuntutan kebutuhan sekaligus ingin menjaga kualitas kopi dan kepercayaan para pembelinya, mau tak mau, mesin roasting memang sudah menjadi kebutuhan yang mendesak.

“Waktu itu sempat terpikir untuk mengajukan pinjaman di bank, tapi agak khawatir bunganya terlalu tinggi dan kita nggak mampu untuk mencicil angsurannya,” tutur Inaya.

Namun, karena tak ada pilihan, mengajukan pinjaman di bank, ia sempat mencari referensi ke sesama pedagang hingga kerabatnya,”semua yang saya tanya, selalu memberi rekomendasi agar mengajukan pinjaman modal usaha ke BRI saja. Walaupun, saya masih agak khawatir bunganya bakal besar,” jelasnya lagi.

Tapi, keraguan Inaya itu perlahan hilang dan berganti menjadi kebahagiaan.

Banyak kemudahan yang ia peroleh saat mengajukan pinjaman di BRI, selain proses bunga dan angsurannya yang ringan, prosesnya juga terbilang cepat dan mudah.

“Sejak itu, saya yakin, BRI bisa memberi solusi untuk pengembangan usaha kami,” katanya.

Bahkan, Kopi Intan yang dikelola Inaya bukan hanya mendapat fasilitas pinjaman yang ringan, tapi juga mendapat binaan langsung dari BRI.

Kopi Intan juga secara khusus dipromosikan oleh BRI dalam berbagai even bahkan di tingkat nasional hingga diikutsertakan dalam program BRIlianpreneur yang fokus pada pengembangan dan perluasan pasar bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, termasuk membantu mereka menembus pasar internasional.

BACA JUGA  Omon-omon Penanganan Sampah Plastik di Lampung

Bahkan, Kopi Intan berhasil memenangkan seleksi di BRIlianpreneur yang menjadi momentum buat Inaya untuk membuka wawasannya untuk mengembangkan Kopi Intan agar lebih dikenal lagi.

“Ketika dibina langsung oleh BRI itu, wawasan saya mulai terbuka. BRI seperti membuka jalan buat Kopi Intan untuk mengembangkan pasar lebih luas lagi, tak hanya terpaku di Lampung saja tapi untuk go nasional,” tutur Inaya.

Sejak menjadi binaan BRI pula, ia juga merasa termotivasi untuk mengenalkan Kopi Intan ke berbagai daerah di Indonesia,”saya mulai termotivasi ketika BRI begitu peduli untuk memajukan usaha saya”.

Berbagai even pun ia ikuti, tekadnya sudah bulat untuk mengenalkan Kopi Intan kepada semua orang. Bahkan, Kopi Intan berhasil meraih juara dalam lomba cupping kopi se-Lampung di Begawi Kopi Lampung, menyisihkan lebih dari 168 peserta lainnya.

“Sebagai binaan BRI Kami sangat bersyukur dan beruntung, karena buat Kopi Intan, dampaknya sangat besar, yang tak hanya di kenal di Lampung saja akan tetapi bahkan di tingkat nasional,” kata Inaya bangga.

Inaya tak pernah membayangkan, usaha yang dirintis oleh orang tuanya, kini bisa dikenal dan diminati tak hanya oleh masyarakat Lampung tapi juga hingga di tingkat nasional.

“Kalau tak dibantu BRI, mungkin kami tak bisa sebesar sekarang”.

Further reading

  • bahan pangan tersandera mbg

    Bahan Pangan yang Tersandera MBG

    Tingginya permintaan harian Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Makan Bergizi Gratis, memicu naiknya harga bahan pokok di sejumlah pasar. Masyarakat dan pedagang tradisional mengeluh. (Lontar.co): Meski sudah menunggu sejak pagi, Erni hanya mampu membeli sekilo telur dan 5 kilogram beras di pasar murah yang digelar di Kantor Kecamatan Bumi Waras itu. Banyak bahan pokok yang […]
  • Duet Kembar Eva Dwiana & Eka Afriana, Mengapa Begini?

    Kurang murah hati apa warga yang telah memilih kembali Eva Dwiana sebagai Walikota Bandarlampung. Kurang legowo apa publik yang tidak menyoal praktik nepotisme dengan mendudukkan kembarannya, Eka Afriana, sebagai kepala Dinas Pendidikan. (Lontar.co): Tapi untuk timbal balik sekadar menjaga perasaan publik pun kok rasanya enggan. Malah melulu retorika yang disodorkan. Apa pernah Walikota Bandarlampung, Eva […]
  • kopi intan

    Bersama BRI, Kopi Intan Sukses Naik Kelas

    Di bawah binaan BRI, Kopi Intan berhasil menapaki pemasaran kopi Lampung hingga ke berbagai daerah di Indonesia. (Lontar.co): Aroma harum biji-biji kopi yang sudah selesai di roasting itu menguar kemana-mana, asalnya dari arah salah satu rumah di Kampung Empang, Pasir Gintung, Bandar Lampung. Dari dalam rumah sederhana yang terus menebarkan semerbak harum biji kopi itu, […]