Fenomena media darling sah-sah saja, asalkan ada momentum dan motivasi jelas. (Ilustrasi: Lontar.co)

Sang Media Darling Kadisdik Lampung Thomas Amirico

0 Comments

Sejak dilantik sebagai Kadis Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Lampung, Jumat (7/2/2025), Thomas Amirico langsung tancap gas. Tak pelak sosoknya jadi kerap tampil di berbagai pemberitaan. Tanpa disadari pers telah mengantarkan mantan Sekretaris DRPD Lampung Selatan ini, sebagai figur media darling.

(Lontar.co): Di ranah pendidikan, Indonesia pernah punya dua Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yakni Anies Baswedan dan Nadiem Makarim. Keduanya dikenal sebagai figur media darling di eranya. Dalam skala daerah, kini Lampung memiliki Thomas Amirico, yang juga disebut-sebut sangat nge-friend dengan insan pers.

Ahli Pers Dewan Pers, Oyos Saroso HN, bilang menjadi sosok media darling sah-sah saja. Asal ada momentum dan motivasi yang jelas. Lantas bagaimana dengan Thomas Amirico?

       ***

2014, saat menjadi Mendikbud, Anies Baswedan jadi langganan pemberitaan. Nyaris saban hari kegiatan dan statemennya berseliweran di media-media. Agaknya Anies sangat menyadari respon positif media terhadap dirinya.

Alih-alih membatasi, Anies justru makin menguatkan relasi kondusif tersebut. Tercatat pada 12 November 2014, dia melangsungkan pertemuan dengan para pemimpin redaksi (pemred) dari berbagai media cetak dan digital. Tujuannya, Mendikbud ingin berdiskusi mengenai isu pendidikan yang ada di masyarakat.

“Selama ini media memberikan kontribusi besar dalam menyosialisasikan program-program yang dijalankan kementerian. Media juga menjadi bahan perbandingan bagi kementerian untuk mendapatkan data mengenai pro dan kontra dari setiap program yang dilaksanakan,” kata Anies, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Anies kiranya berhasil memanfaatkan label media darling yang disematkan kepadanya, justru sambil membuka pintu lebar-lebar bagi media untuk mengabarkan realitas wajah pendidikan nasional. Bisa dibilang, Anies seakan mengingatkan pers untuk jangan rikuh menjalankan fungsi kontrol sosial atas kebijakan yang dia ambil dan pelaksanaannya di lapangan.

Relasi personal insan pers dan narasumber hendaknya tak menggoyahkan sikap independensi pers. (Ilustrasi: Lontar.co)

Fenomena media darling juga sempat terbangun pada penerusnya yakni Nadiem Makarim. Mantan bos Gojek itu dimandatkan menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi periode 2019-2024.

Latar belakangnya yang menarik, serta usianya yang relatif lebih muda dibanding menteri lain, menjadi salah satu daya tarik bagi media.

Disusul kemudian dengan kemunculan program-program yang digagas Nadiem, salah satunya Merdeka Belajar, makin membikin moncer pemberitaan terhadap sosoknya.

Hingga kemudian mulai bermunculan kritik terhadap pola kinerja Nadiem. Terutama ketika kritikan datang dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau biasa disebut JK.

Seperti disiarkan oleh kanal YouTube TV Parlemen dan dikutip Detik.com pada Minggu (8/9/2024), di sebuah diskusi bertema pendidikan JK yang didapuk sebagai pembicara melontarkan kritikan tajam. Ketika itu dirinya menyebut Nadiem jarang berkantor dan sering menerima tamu di apartemen.

BACA JUGA  Letkol Bakamla M. Ritaudin; Nyali Kotabumi di Perairan Masalembo

Agaknya, kedua sosok yang pernah menjadi media darling itu, menunjukkan perspektif berbeda atas relasi positif yang terbangun antara dirinya dengan media. Anies terkesan minta kinerjanya dikontrol.

Sementara Nadiem malah berharap, kedekatannya dengan media, dapat menimbulkan pemahaman dari insan pers pada gaya kepemimpinannya yang cenderung fleksibel. Seperti tercermin dari kritikan JK yang menyebutkan Nadiem kerap bekerja dari apartemen bukan di kantor kementerian dan jarang turun ke daerah.

Lantas apa sebenarnya media darling itu? Secara pemaknaan, istilah ini mengacu pada individu atau entitas yang sangat disukai oleh media, sering kali karena kepribadian yang menarik, kemampuan berkomunikasi yang baik, atau reputasi positif. 

Menjadi media darling dapat membawa banyak manfaat, termasuk peningkatan citra, publisitas positif, dan hubungan yang kuat dengan media. 

Fenomena Dunia Pendidikan di Lampung

Ada kabar positif tentang dunia pendidikan di Lampung. Ada banyak kebijakan pemerintahan di bawah kepemimpinan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal yang disambut keplokan antusias publik. Terutama terkait penghapusan dana komite sekolah yang sebelumnya kerap dikeluhkan banyak wali murid.

Tak pelak, kebijakan ini dianggap sebagai dewa penolong, khususnya bagi wali murid dari kalangan keluarga ekonomi lemah. Ini mesti dirayakan. Sebab, terlepas sudah jeratan beban yang sempat mencekik isi dompet emak-emak atau bapak-bapak di setiap awal bulan.

Disdikbud Lampung menaruh perhatian besar pada peningkatan kualitas pendidikan bagi pelajar. (Ilustrasi: Lontar.co)

Lalu muncul Surat Edaran Tentang Pakaian Seragam Peserta Didik SMA/SMK/SLB dengan Nomor: 800/1804/V.01/DP.2/2025. Melalui kebijakan ini wali murid dibebaskan membeli baju seragam sekolah anaknya. Tidak ada lagi ketentuan wajib yang mengarahkan pengadaan baju seragam mesti dikoordinir sekolah.

“Sekarang bebas mau beli baju seragam sekolah di manapun. Asalkan sesuai ketentuan terkait warna dan juga model pakaian seragamnya,” kata Kadisdik Thomas Amirico kepada awak media, Jumat (18/7/2025).

Sebelumnya, kepiawaian Thomas dalam menyikapi perubahan pola pada pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) juga menangguk aplaus dari media-media. Banyak pemberitaan menyanjung tangan dingin mantan kadisdik Kabupaten Lampung Selatan ini, terutama saat dirinya merespon aksi wali murid yang masih gamang memahami ketentuan penerimaan siswa baru.  

Bahkan kadisdik sigap menindaklanjuti berbagai temuan atau aduan masyarakat yang berkenaan dengan dugaan praktik curang pada proses SPMB. Thomas memastikan, semua dugaan kecurangan sudah diverifikasi. Bagi yang terbukti curang langsung dianulir alias didiskualifikasi kelulusannya.

“Ada beberapa dugaan kecurangan, langsung kita diskualifikasi. Modusnya seperti pemalsuan SKL, pemalsuan surat tugas atau KK yang tidak sinkron,” ungkapnya.

BACA JUGA  Heboh Penghapusan Uang Komite Bisa Turunkan Inflasi Lampung, Ini Respons Kadis Pendidikan

Bak lolos melewati lubang jarum, mengingat fase penerimaan siswa baru pada tahun-tahun sebelumnya acapkali menimbulkan kegaduhan, kali kini relatif bisa dilalui secara mulus oleh Thomas.

Dirinya juga memperoleh perhatian besar dari media ketika menetapkan 35 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) sebagai sekolah unggul. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekaligus memberi ruang bagi peserta didik berbakat dalam mengembangkan potensi diri.

“Kami berharap 35 sekolah unggul ini dapat mengoptimalkan sumber dayanya. Termasuk mampu mengembangkan praktik-praktik terbaik atau best practice dalam penyelenggaraan pendidikan,” harap Thomas, Rabu, (7/5/2025).

Dia pun mengingatkan, predikat sebagai sekolah unggul tidak berlangsung permanen. Pihaknya akan tetap melakukan pengawasan dan evaluasi berkala. Bila ternyata ada sekolah unggul tidak menunjukkan kemajuan signifikan, maka status unggul bisa dicabut dan dialihkan ke sekolah lain yang lebih layak.

“Kami ingin program ini bisa menjadi motivasi bagi sekolah-sekolah lain untuk terus berbenah. Kesempatan masih terbuka untuk menjadi sekolah unggulan,” imbuhnya.

Mengenai peningkatan kualitas, memang sedang menjadi perhatian serius bagi Thomas. Setidaknya itu yang dia ungkapkan dalam berbagai kesempatan saat berinteraksi dengan para kepala sekolah di banyak pertemuan. Bahkan, dia pernah membuat langkah mengejutkan.

Saat kursi kerjanya sebagai Kadisdik Lampung belum lagi hangat, sebab usia jabatannya baru genap sepekan, Thomas sudah me-rolling 57 kepala sekolah. Benar, ada kalangan yang menggugat langkahnya yang dianggap terlalu dini. Tapi tentu Thomas punya petimbangan tersendiri atas langkahnya tersebut.

“Kita memang butuh penyegaran, kok. Semua demi mengejar target peningkatan kualitas belajar di sekolah,” ucapnya dengan gaya khasnya.

Dengan berbagai langkahnya itu tak heran kalau kemudian namanya sering kedapatan dalam banyak pemberitaan. Disadari atau tidak oleh Thomas, dirinya sudah menjadi media darling, setidaknya dalam skup Lampung.

Media Darling Sah-sah Saja, Asal

Saat dimintai tanggapan atas maraknya pemberitaan positif terhadap Kadisdik Thomas Amirico, Ahli Pers Dewan Pers Oyos Saroso HN mengungkapkan, fenomena media darling serupa itu termasuk sah-sah saja.

“Tidak ada masalah. Malah sebenarnya bukan hanya Thomas yang lagi jadi media darling di Lampung,” kata wartawan senior ini kepada Lontar.co, Minggu (20/7/2025).

Ahli pers Dewan Pers Oyos Saroso HN. (Foto: ist)

Hanya saja, sambung Oyos, dari sudut pandang pers perlu dicermati ranah etiknya. Dia menjelaskan, jangan sampai interaksi yang begitu dekat antara wartawan dan narasumber, terlebih sudah terbiasa memberitakan hal positif, berpengaruh terhadap independensi sebagai insan pers. Karena bagaimanapun, kontrol sosial sangat melekat pada fungsi pers itu sendiri.

BACA JUGA  60 Penulis ‘Menelisik Lampung’ Penuh Warna

“Kira-kira masih bisa nggak Kawan-kawan wartawan memegang komitmen tersebut. Tapi bukan berarti melarang membuat berita positif untuk seseorang. Selagi itu merupakan fakta, tentu boleh,” jelasnya.

Di sisi lain, Oyos menyoroti prinsip media darling. Menurutnya, media darling akan sangat pantas bila disematkan pada figur yang memang memiliki momentum dan punya motivasi jelas. Dalam hal Thomas Amirico, misalnya, adakah momentum yang dimilikinya?

”Kalau pun sudah ada banyak kebijakan yang telah diambil Thomas, selaku Kadisdik, tidak serta merta bisa dibilang itu menjadi momentumnya. Sebab, momentum yang saya maksud ialah ada langkah krusial atau terobosan yang dilakukannya dan itu membawa pada perubahan sebagai pembeda dari kebijakan kadisdik sebelumnya.

Lalu apakah semua kebijakan yang telah diambil Thomas saat ini, murni merupakan kebijakan orisinil gagasannya? Setahu saya semua yang dilakukannya merupakan instruksi Gubernur Mirza. Thomas hanya mengimplementasikan tugas yang dimandatkan kepadanya.

Artinya, yang membuat terobosan orisinil itu sebenarnya Gubernur Mirza. Itu makanya saya bilang tadi, sebenarnya ada banyak sosok yang sekarang telah menjadi figur media darling di Lampung,” ulasnya.

Kendati demikian, Oyos tidak menampik kalau Thomas memang sudah menjadi sosok media darling.

Faktor berikutnya yang disoroti Oyos adalah motivasi yang jelas. Seseorang, imbuhnya, yang telah menjadi sosok media darling biasanya akan sangat menyadari dampak positif bagi dirinya.

“Nah, di sini letak hal penting lainnya. Ketika media sudah memberitakan hal positif atas kinerja seorang pejabat. Besar kemungkinan publik pun turut menaruh kepercayaan tinggi terhadap sosok tersebut. Akan sangat bermanfaat bagi khalayak luas bila predikat sebagai media darling itu diarahkan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan publik,” terang Oyos.

“Sebaliknya,” sambung dia, “Menjadi persoalan baru bila tingginya tingkat kepercayaan media dan publik, oleh pejabat bersangkutan malah disalahgunakan untuk kepentingan di luar kepentingan publik.

Ini rentan terjadi. Sebab relasi yang begitu dekat akan membuat kikuk wartawan untuk tiba-tiba melakukan koreksi atau bahkan kritik keras terhadap pejabat yang sudah begitu dekat secara personal.”

Sesungguhnya, masih menurut Oyos, ada momentum dan motivasi lain yang bisa diambil Thomas dalam menjalankan tugasnya.

“Sebagai wartawan kita kerapkali mendengar bagaimana pelaksanaan proyek-proyek di Disdik. Ini momentum bagi Thomas. Kalau dia punya motivasi untuk membuktikan bahwa pelaksanaan proyek-proyek di wilayah kerjanya berjalan transparan dan sesuai ketentuan, pasti tingkat kepercayaan media dan publik kepadanya akan melambung jauh lebih tinggi lagi. Ini PR (pekerjaan rumah, red) buat Thomas,” pungkas Oyos. (*)

 

Further reading

  • eva dwiana

    Eva Tak Punya Legitimasi yang Kuat, Ia Hanya Didukung oleh Kurang dari 30 Persen Warga Bandarlampung

    Sebagai walikota, Eva sebenarnya tak punya akar legitimasi yang kuat untuk memimpin kota. Kondisi ini, berkorelasi dengan kebijakannya yang cenderung ngawur dan egosentris. (Lontar.co): Sejak pagi, backhoe itu terus mengeruk aspal yang digali di pelataran gedung Kejati Lampung. Sementara, sejumlah pekerja konstruksinya terlihat mondar-mandir mengangkut material dengan angkong. Meski masih relatif pagi, aktivitas konstruksi di […]
  • 60 Penulis ‘Menelisik Lampung’ Penuh Warna

    Masih sedikitnya ketersediaan buku yang membicarakan ke-Lampung-an, kini terjawab. Dinas Perpustakaan Lampung meluncurkan buku ini, Menelisik Lampung, berisi karya puisi, cerpen, dan esai (opini). Dikemas apik. (Lontar.co): Bangga jadi ulun Lappung (orang Lampung). Lampung, sebagai etnis, sangat kaya seni budaya. Daerah ini saja memiliki dua jurai bagi etnis Lampung, yakni pepadun dan saibatin — pedalaman […]
  • bahan pangan tersandera mbg

    Bahan Pangan yang Tersandera MBG

    Tingginya permintaan harian Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Makan Bergizi Gratis, memicu naiknya harga bahan pokok di sejumlah pasar. Masyarakat dan pedagang tradisional mengeluh. (Lontar.co): Meski sudah menunggu sejak pagi, Erni hanya mampu membeli sekilo telur dan 5 kilogram beras di pasar murah yang digelar di Kantor Kecamatan Bumi Waras itu. Banyak bahan pokok yang […]