Mempersiapkan anak untuk berangkat ke sekolah menjadi kegembiraan tersendiri bagi seorang ibu. (Ilustrasi: Lontar.co)

Persiapan Sebelum Masuk Sekolah

Juni hingga Juli adalah masa-masa tersibuk bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah, terutama yang merasakan kenaikan jenjang pendidikan. Ada yang dari SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke universitas. Banyak biaya yang harus dipersiapkan. Uang masuk, seragam sekolah, buku, dan perhitungkan pula memiliki kendaraan setidaknya roda dua untuk anak yang SMA dan masuk kuliah.

 Jenjang sekolah yang membutuhkan persiapan lebih ‘menantang’ adalah saat masuk sekolah dasar. Bukan hanya materi, peran orang tua dituntut lebih banyak dalam proses pendampingannya.

Masuk sekolah dasar bukan berarti anak harus sudah bisa membaca lancar pada semester awal. Jikapun ada, itu merupakan bonus dan mungkin sang anak memiliki daya tangkap yang baik di bidang itu. Bila tidak, orang tua tidak perlu khawatir. Semua berproses, bukan? Dan tak semua proses harus dilakukan dengan cepat serta dijamin berhasil.

Di Jepang, yang merupakan salah satu negara tercerdas dengan IQ rata-rata 106, ada dua mata pelajaran utama dan diajarkan pada tiga tahun pertama masa sekolah, yaitu seikatsu (tentang kehidupan) dan taiku (olahraga atau pendidikan jasmani)

Seikatsu berisi pelajaran tentang moral dan adab, seperti mengantre, menolong orang lain, etika berteman, menghormati orang tua dan guru, bersikap jujur, dan bertanggung jawab.

BACA JUGA  Cerita ‘Kuproy’ Asal Lampung di Proyek IKN

Seikatsu juga mengajarkan bagaimana menjaga alam dan lingkungan seperti merawat kebersihan, menanam pohon, membuat pupuk sederhana, dan hal lain yang praktiknya menyenangkan dan memenuhi rasa keingintahuan anak.

Taiku mengajarkan bagaimana anak menjaga kesehatan fisik dan mental melalui berbagai aktivitas olahraga dan latihan. Taiku juga mencakup rekreasi, pengendalian emosi, dan pengembangan kesehatan lainnya. Sekolah berkewajiban menyediakan fasilitas yang aman untuk para siswa.

Mata pelajaran penting lainnya yaitu membaca dan berhitung. Namun, bukan membaca lancar atau menghafal rumus-rumus. Konsep membaca baru sebatas pengenalan huruf dan matematika dasar yang kesemuanya itu dilakukan dalam suasana kondusif dan sesuai keadaan murid.

Berhitung dan membaca adalah akar dari konsep berpikir kritis dan pembentukan logika. Mata pelajaran akademik tetap diajarkan secara sederhana, dan mulai difokuskan pada tahun keempat seterusnya.

Apakah pendidikan di Jepang bisa dijadikan kiblat bagi arah pendidikan Indonesia? Nanti dulu. Kita acungkan jempol pada konsep pendidikan Negeri Matahari Terbit itu, terutama pembentukan karakter dan akademiknya.

Namun, ada satu yang mereka tidak punya, pendidikan agama, -pembuktian penghambaan manusia sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan agama tidak dimasukkan dalam kurikulum formal di Jepang. Itu hanya dipakai di beberapa sekolah saja.

BACA JUGA  Limbah, Efek Domino MBG

Bersyukurnya kita menjadikan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ menjadi butir pertama dalam dasar negara. Dengan itu, pelajaran akhlak dan adab sejatinya sudah terangkum dalam setiap mata pelajaran.

Kembali lagi ke persiapan masuk sekolah dasar. Jadi jangan khawatir jika anak-anak belum pandai membaca, belum pandai berhitung dan menghafal rumus. Tenang, fokuskan dulu pada pendidikan agama, karakter, dan kesehatan fisiknya. Ini bukan masalah penting tak penting, tapi pada bagaimana sebuah proses berjalan dan sesuai dengan perkembangan mental manusia.

Hal-hal yang wajib diperhatikan dan dipersiapkan sebelum masuk sekolah. Pertama, mental, emosional, dan sosial. Jauh-jauh hari, ajak anak mempersiapkan perlengkapan sekolah seperti tas, wadah bekal, sepatu, dan kaus kaki.

Ajak pula melihat calon sekolah dan menceritakan hal-hal menyenangkan termasuk bagaimana cara berteman. Hal yang paling penting adalah anak merasa nyaman terlebih dahulu. Jika sudah merasa nyaman, biasanya anak akan mudah menerima hal-hal baru yang selama ini belum pernah dialaminya, termasuk bertemu banyak teman sebaya.

BACA JUGA  Cerita Pekerja dan Nasabah Bank Plecit hingga Koperasi Keliling

Kedua, fisik. Jaga pola makan dan istirahatnya dengan baik. Perkirakan waktu yang dibutuhkan untuk sarapan, mandi, dan bermain sebentar sambil bercerita. Dengan perut yang kenyang dan pencernaan yang nyaman, fisik anak akan terjaga dan siap menjalani hari pertama sekolah.

Ketiga, sosial. Di sekolah nanti anak-anak akan bertemu banyak orang. Mungkin ada temannya yang bermain riang, ada juga yang menangis, bahkan meraung-raung. Kondisikan agar anak tidak terpancing pada hal-hal yang memicu emosi negatifnya. Arahkan anak untuk berteman dengan cara yang alami.

Jangan dipaksa apalagi pakai acara mendelikkan mata. Bagaimanapun kondisinya, hadapilah dengan senyuman.

Pandu anak untuk mengucap salam pada guru dan teman, serta menggunakan mantra persahabatan; tolong, maaf, terima kasih.

Ketiga, akademis. Seperti yang sudah dituliskan di awal, akademis bukan hal utama pada usia ini. Tetapi tetap saja sebaiknya mengenalkan huruf dan angka dengan cara yang fokus dan menyenangkan.

Hari pertama sekolah selalu memberi kenangan hangat. Persiapan yang baik akan membuat anak terus mengingat. Dan kita sebagai orang tua tentu ingin berada dalam kenangan manis itu. Sepakat? (@fr)

(Fitri Restiana, penulis)

Further reading