Tag: odgj


  • Sejak beberapa tahun lalu, pengurus Masjid Raudhatul Jannah mencoba berdamai dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), yang menempati area masjid sebagai tempat tinggal. ODGJ ini pernah diusir, tapi upaya itu, justru memicu dampak yang lebih besar. 

    Lontar.co–Tiap kali ada sepeda motor yang melintas di pelataran parkir, pria lusuh berbadan kurus itu selalu memaki, sesekali ia juga menyumpah dengan mata melotot. 

    Sesekali matanya nyalang mencari puntung-puntung rokok bekas yang terserak di halaman masjid. 

    Ia baru akan berhenti dan ‘diam’ ketika menemukan puntung rokok untuk ia hisap. 

    Di sudut lain, pria paruh baya, dengan rambut yang sudah menggimbal, tertidur pulas, mendengkur.  

    Tubuhnya yang gempal, nyaris menutup akses jalan menuju tempat wudhu. Bau badannya menguar kemana-mana. 

    Celana lusuh yang membalut tubuhnya pun sudah robek dimana-mana, sehingga membuat siapapun yang melihatnya risih. 

    Sementara, tumpukan botol air mineral bekas miliknya, terserak begitu saja di depan masjid. 

    Siang itu (21/5/2025), setidaknya ada 3 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang terlihat di teras Masjid Raudhatul Jannah, yang ada di Jalan Raden Gunawan, Desa Hajimena, Natar, Lamsel. 

    Biasanya, ada lebih dari 3 ODGJ yang ‘pulang’ ke Masjid Raudhatul Jannah untuk beristirahat. Sekedar tidur sampai siang hari, kemudian pergi entah kemana. Malam harinya, ODGJ-ODGJ ini akan kembali ke masjid untuk beristirahat. 

    Pemandangan ini, jelas tak lazim, apalagi untuk ukuran sebuah rumah ibadah yang seharusnya ‘bersih’ dari hal-hal seperti ini, namun pengurus masjid seperti tak berdaya, mereka kini hanya bisa pasrah. 

    “Memang seperti itu, hampir setiap hari. Tapi, mau bagaimana lagi, kita yang waras ngalah aja biar aman,” ujar seorang pengurus masjid sembari terus menyapu lantai masjid. 

    Kadang, pengurus-pengurus masjid ini terpaksa harus mengalah, jika ada ODGJ yang seenaknya tidur di teras masjid,”biasanya kalau mereka sedang tidur, area itu tidak kita bersihkan, karena selalu marah kalau melihat kita”. 

    Mereka, lanjut pengurus masjid itu lagi, pernah diusir, dengan cara halus bahkan kasar, tapi dampaknya justru membahayakan, tak hanya buat pengurus masjid, tapi juga warga sekitar, termasuk jamaah masjid. 

    “Dulu pernah diusir sama kita, termasuk oleh babinsa di sini, tapi bukannya pergi, tapi malah melawan. Ada salah satu ODGJ yang selalu membawa pisau, yang langsung marah waktu diusir”. 

    Akhirnya, pengurus masjid dan warga memang ‘terpaksa’ harus berdamai dengan mereka yang tak waras itu, salah satunya adalah membuat pagar khusus untuk membatasi akses agar ODGJ-ODGJ itu tak semaunya saja masuk ke dalam area masjid. 

    “Cuma dengan membuat pagar-pagar pembatas ini, kami bisa berdamai dengan mereka, setidak ada area di dalam masjid yang tak boleh mereka masuki sembarangan,” ujarnya lirih.