Please jangan apriori dulu deh, kalau membahas kereta gantung yang diusulkan Bunda Eva. Sebutannya saja sudah Bunda. Layaknya orang tua sudah barang tentu bakal memberi yang terbaik buat anak-anaknya, ya kita-kita ini sebagai warga Bandarlampung.
(Lontar.co): Lagi pula, Walikota Eva Dwiana yang senang disapa Bunda itu, sejak awal sudah gembar-gembor kalau gagasan brilian dia tidak bakal minta saweran sepeser pun dari APBD. Malah, kalau kereta gantung sampai terwujud, justru mendatangkan rezeki buat warga kota. Tuh, kurang tulus dan cemerlang apalagi buah pikir Beliau.
Makanya, kalau sedang mencerna gagasan terbaru Bunda Eva, tanggalkan dulu kekhawatiran akan bencana banjir yang nggak bosan-bosan menyambangi banyak rumah warga kota.
Buang juga jauh-jauh harapan Bandarlampung punya manajemen bencana yang mampu memitigasi dampak banjir secara efektif, bukan sekadar bertindak layaknya pemadam kebakaran yang datang cuma untuk membekap jilatan api, tanpa mampu memastikan kebakaran tak bakal lagi mampir.
Satu lagi, jangan pernah mencampur baurkan rencana pembangunan kereta gantung dengan truk sampah yang kondisinya ngenes dan bikin kita miris saat lihat truk-truk itu berseliweran di jalan-jalan.
Berhenti dulu, membandingkan yang tidak apple to apple itu. Beri kesempatan kepada Bunda Eva untuk mewujudkan impian-impiannya terlebih dahulu. Anggap saja itu sebagai dia yang sedang mengapresiasi dirinya yang kemarin habis berjibaku di kancah pemilukada. Dan akhirnya menang lagi, tak terkalahkan. So, wajar dong sejenak menghibur diri. Iya, nggak sih?!
Kalau mau komparasi apple to apple mari kita selami alam pikir Bunda Eva. Asal tahu saja, Bunda Eva itu agaknya sangat terinspirasi dengan kereta gantung di Kota Thaif, Arab Saudi, dan yang ada di Negeri Singa, Singapura. Itu mungkin berkat dia sering bertandang ke kedua negara tersebut. Saking terpukau lantas terbersit ide untuk membuat kereta gantung di Bandarlampung.
Nah, itulah pentingnya melanglang buana, biar cakrawala wawasan ikut terbuka lebar. Makanya jangan melulu nuntut Bunda Eva untuk sering bolak-baik ke TPA Bakung yang pernah digeruduk Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, yang berbuntut penyegelan.
Atau cerewet meminta Bunda Eva untuk rajin meninjau daerah-daerah rawan banjir. Kasihan kan harus keliling ke banyak tempat. Karena memang lokasi kebanjiran ada di mana-mana, nyaris merayap ke sekujur kota.
Begitu juga jangan terlalu mendesakkan saran agar pemkot memprioritaskan penggantian truk sampah dengan yang lebih layak. Lebih manusiawi. Jangan banyak minta, deh. Kasih dulu kesempatan buat Bunda Eva berkutat dengan gagasan-gagasan spektakulernya.
Eit…jangan keburu nyinyir lagi kalau ada diksi spektakuler. Karena dalam satu wawancara, secara eksplisit Bunda Eva menyatakan, kalau kereta gantung sudah terwujud dipastikan menjadi wahana wisata spektakuler dan pertama yang ada di Indonesia.
Jadi biarlah kasih waktu ke Beliau untuk membuktikan obsesinya. Sabarlah. Masih ada banyak stok sabar, kan? Bagus. Karena memang tidak tersedia opsi lain selain sabar dan sering-sering mengelus dada. Sudah terbiasa lah kita untuk itu. Aman.
Oh iya, memang semenakjubkan apa kereta gantung yang ada di Kota Thaif, Arab Saudi dan Singapura? Banyak referensi menyebutkan, kereta gantung di Thaif dikenal dengan sebutan Taif Telefric. Kereta ini menghubungkan gunung Al Hada dengan resort al-Kar di bagian bawahnya, dengan jarak perjalanan sekitar 4,2 km dan waktu tempuh 15-20 menit.
Dari lokasi yang berjarak sekitar 90 km dari Makkah dan 200 km dari Jeddah ini, pengunjung dapat menikmati udara sejuk pegunungan dan pemandangan kota Thaif.
Sedangkan kereta gantung yang berada di Singapura menyediakan jalur udara dari Gunung Faber ke pulau resor Sentosa. Dari ketinggian penumpang kereta gantung bisa menikmati pemandangan panorama pusat distrik bisnis di negara tetangga kita itu.
Makin jelas kan kenapa Bunda Eva sampai menyebut gagasannya sebagai hal spektakuler. Karena pembandingnya Arab Saudi dan Singapura yang notabene dua negara makmur.
Kalau pun warga Kota Bandarlampung belum bisa mencicipi kesejahteraan seperti pada kedua negara tersebut, setidaknya kita punya kemiripan simbolis. Diawali dari simbol kereta gantung dulu. Siapa tahu nanti nasib warga yang serba tanggung ini, baru terlihat jelas secara terang benderang oleh Bunda Eva saat dia menyaksikannya dari kereta gantung. Good luck, Bun.(*)