Kamis, 26 Juni 2025, menjelang tengah malam, awan hitam pekat menggantung di langit Tanjungkarang, kabut tebal menyelimuti seisi kota, 1 Muharram, sebuah penanda tahun baru, dalam kalender Jawa atau akrab disebut 1 Suro, sebagai hari pertama dalam tahun baru Jawa, dan tahun ini bertepatan dengan malam Jumat Kliwon.
Alam materi Tanjungkarang warganya terlelap dalam mimpinya masing-masing. Tapi di alam gaib sedang terjadi huru-hara. Hari dimana Raja Jin yang selama ini berdiam di puncak Gunung Rajabasa bangun dari pertapaannya, karena kekacauan dan sejumlah kejanggalan yang terjadi di alam materi.
Raja Jin yang dulu diusir oleh Pengeran Purbaya di jaman Kerajaan Mataram itu mengumpulan 1970 makhluk tak kasat mata yang tersebar dari selat Sunda hingga perbatasan Bengkulu dan Sumatera Selatan. Raja Jin menitahkan pembentukan tim investigasi dan ditugaskan mencari sebab musabab masalah yang membuat warganya kebingungan dalam hal bilangan.
“Ini masalah serius jadi tolong diperhatikan semuanya, jangan ribut masing-masing,” ujar Raja Jin mengawali persidangan. Dia berpendapat jika peristiwa itu dibiarkan bakal membuat kekacauan besar di alam materi (kasat mata) maupun di alam gaib (alam tak kasat mata), karena bisa memicu revolusi teori bilangan.
Ribuan jin, hantu, roh gentayangan juga beberapa utusan drakula semua sontak diam memperhatikan. Tampaknya masih bingung dengan apa yang baru diutarakan Raja Jin.
“Kita sudah kecolongan, karena membiarkan peristiwa ini berlarut-larut. Jadi sekarang kalian sebaiknya mengaku, siapa yang dulu telah membuat seorang anak jadi kesurupan dan terpaksa mengganti tahun lahirnya?” sergah Raja Jin melempar pertanyaan, sambil menyapukan pandangan ke segenap penjuru.
Mayoritas peserta sidang masih belum mengerti masalah sebenarnya hingga mereka dikumpulkan dan terjadi sidang istimewa alam gaib yang tentu saja belum tentu 5 tahun sekali ini. Mereka saling bisik, kasak-kusuk. Suasana menjadi riuh. Petugas keamanan alam gaib meniup terompet menertibkan peserta sidang.
“Jawab, jangan hanya bisik-bisik di belakang, mengapa diam saja. Di sejumlah media, secara eksplisit ia (anak yang sekarang sudah menjadi dewasa dan punya jabatan tinggi di kota ini) mengatakan kerap kesurupan, atau ketempelan jin, atau kerasukan hantu, atau yang lainnya, sehingga demam, dan akhirnya orang tuanya mengganti tahun lahirnya. Konsekuensi dari tindakan ini nanti tidak sederhana.,” ucap Raja Jin lantang.
“Maaf Raja, masalah ini masih belum jelas. Ratusan atau ribuan tahun, kita sudah bersepakat, kalau pun ada yang kesurupan, yang perlu diganti kan NAMA.. iya kan Kawan-kawan?” ujar salah satu makhluk halus yang tak ingin disebutkan namanya. Beberapa jin mengangguk setuju, karena memang begitulah narasi yang dibangun di banyak daerah.
“Karena nama itu beresonansi dengan nama-nama sebelumnya yang kemungkinan tidak cocok dengan anak itu. Tegasnya, belum pernah ada kasus sebelumnya yang kesurupan karena merasa tidak cocok tahun lahirnya. Lagi pula makhluk di alam materi sering histeria, tapi ngakunya kesurupan, korupsi atau melakukan kejahatan ngakunya dirasuki setan atau iblis, begitu terus, kita yang terus menerus disalahkan padahal mereka sendiri melakukan itu, dengan sadar,” imbuhnya.
“Saya sependapat dengan Jin dari Kali Akar tadi. Makhluk di alam materi memang sudah keterlaluan mengeksploitasi nama baik kita. Dan sudah jelas, tidak ada satu pun di antara kami yang memengaruhi atau menjadi penyebab anak itu kesurupan hingga mendorong bapaknya mengubah tahun kelahiran, titik. Ini sudah final. Kita sudah berhari-hari membahas tentang ini bukan? Lalu apa kaitannya dengan revolusi teori bilangan yang akan membuat kekacauan besar itu,” protes Jin dari Lungsir.
“Loh, iya dong, kalau ini dibiarkan bisa memicu revolusi teori bilangan, karena yang namanya dwi dalam bahasa sansekerta dan sejak teori bilangan mulai dikenalkan ke manusia berarti dua atau anak kedua, eh ini malah lahir duluan tahun 1970, sementara yang Eka lazimnya anak pertama tapi justru lahir 1973.
Berdasarkan tahun lahir berarti dwi adalah kakaknya eka, artinya yang pertama disebut dwi dan yang kedua disbut eka, ini kan penyebutan baru yang tadi saya bilang bisa memicu revolusi teori bilangan,” papar Raja Jin panjang lebar.
Ribuan jin dan makhluk tak kasat mata lainnya tampak berpikir keras lagi, sebagian sudah mulai menguap karena ngantuk dan merasa sidang ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Tiba-tiba bagian investigasi mendorong satu makhluk.
“Ini Jin Admin, dia bertanggung jawab atas semua pencatatan,” ujar salah satu Satgas Investigasi. Raja Jin dan semua peserta sidang memperhatikan sosok tersebut. Raja Jin selaku pimpinan sidang membelalakkan mata. Ia merasa ada yang janggal, karena mencium daging dan darah yang menjadi ciri dari makhluk alam materi.
“Kamu ini jin atau manusia yang menyamar jadi jin, dan kenapa bisa ada di sidang ini?”
Jin admin diam, menunduk. Tak berani menatap Raja Jin. Tubuhnya bergetar menyaksikan ribun makhluk dengan bentuk yang ganjil-ganjil mengerumuninya.
“Dia adalah pelaku yang mengubah tahun lahir itu, Yang Mulia Hakim,” tegas Satgas Investigasi.
“Nah, apa benar bahwa sebelum mengubah tahun lahir, dia kesurupan? Kesurupan oleh jin apa? Bicara saja terus terang, tidak usah takut,” perintah Raja Jin.
Makhluk yang dipanggil Jin Admin tetap bungkam. Ia memikirkan keluarga dan kerabatnya jika sampai buka mulut. Ia tak berani menanggung risiko. Paling ringan dia dipecat, kalau dipecat bagaimana ia menafkahi anak istrinya. Belum lagi karena jasa itu, dua ponakannya bisa bekerja di pemkot meski statusnya masih honor.
Kalau sampai ia buka mulut, bisa hancur semua itu. Meski ini di dunia jin. Pasti sama saja. Hukum tetap tajam di bawah dan tumpul ke atas. Oknum utama, karena punya jabatan tetap bebas, sementara ia justru yang akan dikorbankan karena alasan kelalaian atau apa pun.
Dan nampaknya Raja Jin yang memang bisa membaca pikiran makhluk alam materi itu segera mengetahui kebenarannya. Ia menghela nafas, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Sudah jelas semua masalah ini. Jadi sidang kita akhiri. Dan tidak ada konferensi pers atau pengumaman untuk khalayak. Ini sifatnya rahasia, dan kita semua di sini hanya bisa berharap mudah-mudahan saja, insiden ini tidak memicu revolusi teori bilangan di kemudian hari, sidang saya nyatakan selesai.”
Tok. Tok. Tok.
Semua Jin, ada yang lega, ada yang masih pusing, ada yang masih kesal, membubarkan diri dan kembali ke asalnya masing-masing. Satgas Investigasi pun segera memulangkan makhluk yang mengaku sebagai Jin Admin kembali ke alamnya.(*)
