Tawaran motor tak jarang menggiurkan sekaligus menjebak. (Ilustrasi: Lontar.co)

Kredit Motor Bonus Kecemasan

Awalnya cuma lihat-lihat. Brosur warna-warni, SPG ramah, bunga ringan. Kata mereka, “Cicilan cuma 700 ribuan, Mas.”

Tiba-tiba, aku pulang bawa motor baru. Padahal rekening tinggal cukup buat makan mie instan seminggu.

Bulan pertama semangat. Nyicil lancar, motor wangi. Bulan kedua, mulai ngos-ngosan. Bulan ketiga, harus pilih antara bayar cicilan atau traktir pacar makan nasi padang. Aku pilih nasi padang. Karena walau utang bisa ditagih, lapar tidak bisa ditunda.

BACA JUGA  Sandal Warga di Sidang RT

Bulan keempat mulai waspada. Dengar suara motor pelan lewat gang langsung deg-degan. “Jangan-jangan debt collector menyamar jadi tukang gorengan?”
Bulan kelima, aku mulai sembunyiin motor di rumah tetangga.

Di negeri ini, proses beli motor lebih gampang dari proses beli nasi uduk tanpa ditanya, “nambah lauk?”(*)

Further reading