Komunitas menyimpang merebak, bukan cuma di Bandarlampung tapi merata hingga ke pelosok Lampung, mengincar anak-anak sebagai mangsa utamanya.
(Lontar.co): “Saya B, stay di Lampung Tengah, mencari pacar yang top. Saya punya usaha rumah makan dan warung sembako. Jika punya pacar saya ingin buka usaha baru yang bisa dikerjakan bareng-bareng sama pacar. Kalau ada yang umur di bawah 25 tahun. Soal rumah, saya punya pribadi jadi kalau punya pacar harus siap tinggal sama saya. Umur saya 28. Tenang, saya ganteng”.
Sepintas, postingan itu tak ada yang aneh, tapi setelah menelisik lebih jauh melalui komentar-komentarnya yang cenderung aneh, ternyata pacar yang dimaksud dalam postingan itu mengarah pada hubungan sesama jenis, gay.
Yang lebih mengerikan lagi, dalam salah satu komentar di postingan itu, ada akun yang mengaku masih berusia 14 tahun yang menanggapinya dan siap untuk jadi ‘pacar’ asal dibiayai sepenuhnya.
Meski admin grup Facebook Grup Gay Bandar Lampung New dan Gay Lampung sudah ditangkap oleh Ditreskrimsus Polda Lampung, namun aktivitas grup masih terus berjalan, rata-rata ada 9 postingan per hari, ini menunjukkan intensitas anggota grup yang sangat tinggi. Semua postingan pula, kebanyakan mencari pasangan, baik top maupun boti dengan iming-iming bayaran sejumlah uang.
Melalui penelusuran Lontar, grup itu juga terafiliasi dengan grup sejenis, ironisnya, grup-grup itu dibuat berdasarkan cluster wilayah kabupaten/kota di Lampung, diantaranya; Gay Metro yang diikuti 2,5 ribu anggota dengan 10 postingan perhari.
Kemudian ada pula; Komunitas Gay Bandar Lampung dengan jumlah anggota 20 ribu, Gay Lampung Selatan (1,1 ribu anggota), Cwok Gay Lampung Tengah (3,6 ribu anggota), Gay Way Kanan (237 anggota), Gay Mesuji (584 anggota), Gay Lampura Waykanan Pakuan (3,7 ribu anggota).
Selain itu, ada pula grup-grup komunitas yang lebih spesifik, seperti Gay Lampung (bandar negeri semuong, wonosobo, kota agung dan tanggamus) dengan jumlah anggota 2,4 ribu, selanjutnya ada pula, gay panjang bandar lampung dengan jumlah anggota 1,1 ribu anggota.
Dalam penelusuran Ditreskrimsus Polda Lampung, setidaknya ada 27 grup Facebook aktif yang mengarah pada tindakan pornografi melalui perilaku seks menyimpang di Lampung.
Yang menarik, grup-grup komunitas menyimpang ini, sama sekali tak mengatur setingan grupnya menjadi privat, sehingga bisa di akses dengan mudah oleh siapapun.
…
Selama dua hari terakhir, Tim Lontar mencoba membangun komunikasi melalui pesan messenger dengan admin dan anggota di dua grup gay tersebut, hasilnya mencengangkan, dalam lingkup komunitas yang lebih kecil, mereka juga pernah menggelar pesta antar sesama, di tempat yang mereka sepakati.

Kebanyakan tempat yang mereka gunakan adalah kost-kostan. Meski sebenarnya menurut admin grup, pesta ini amat jarang dilakukan, selain berbiaya mahal, mereka juga berusaha menghindari kecurigaan warga dan aparat.
Namun, untuk bisa mengakses pesta yang mereka sebut dengan ‘party’ ini, siapapun pesertanya wajib membayar dan menjelaskan ‘statusnya’. Status disini merujuk pada peran anggota, ada dua klasifikasinya; top dan bottom—mereka biasanya meringkas dengan top dan boti saja.
Posisi top merujuk pada pelaku yang bertindak sebagai pria, sedangkan boti merujuk pada pelaku yang berperan sebagai femininnya atau ‘perempuan’.
Selain top dan boti, untuk mengaburkan keberadaannya, para pelaku ini juga kerap menggunakan istilah semacam kode antar pasangan, yakni; seme dan uke.
Istilah seme dan uke diadopsi dari bahasa manga dan anime yang mengatur peran para pelaku, seme dikonotasikan sebagai ‘pria’ sedang uke dikenal sebagai ‘perempuan’.
Dalam pengakuan admin grup itu juga, meski jumlah anggota grup banyak, namun mereka melakukan sistem filter melalui grup yang lebih privat lagi, yakni melalui grup whatsapp dan telegram, di dua platform ini biasanya komunikasinya bakal jauh lebih intens bahkan sudah mengarah ke transaksi antar anggota. Transaksi ini meliputi, aktivitas seksual hingga penjualan video-video porno hubungan sesama jenis.
Anggota-anggota yang diajak bergabung ke dalam grup whatsapp dan telegram, biasanya adalah ‘member-member’ yang sudah terverifikasi baik statusnya sebagai seme atau uke maupun kemampuan finansialnya, yang kebanyakan sudah menjadi pelanggan tetap.
Biasanya, admin akan melakukan seleksi kepada anggota-anggota yang ada di grup Facebook untuk diajak bergabung ke grup yang lebih kecil,”biasanya kita deep talk dulu kak, kalau aman baru kita ajak gabung, minta wa sama telenya,” beber admin grup tersebut kepada Lontar.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, tiap pesta maupun transaksi seks yang mereka lakukan ini pula, di dokumentasikan melalui video yang kemudian dijual secara berantai ke anggota komunitas maupun anggota grup-grup yang ada di Facebook, harganya bervariasi, tapi paling mahal Rp100 ribu per video.
Tak hanya itu saja, anggota grup yang masih berusia muda, bisa ‘dihargai’ sangat mahal oleh mereka, baik seme maupun uke.
Hal ini sejalan dengan kebanyakan status postingan di grup-grup komunitas gay tersebut yang kebanyakan lebih senang mencari top maupun boti yang berusia di bawah 17 tahun.
Seorang anggota grup Facebook di Gay Bandar Lampung New yang mengaku masih berusia 15 tahun, saat dihubungi melalui messenger mengaku mau melakukan aksi bejat itu karena faktor ekonomi,”saya lagi b u (butuh uang),” ujarnya.
Dia juga menjamin kalau dirinya masih berusia muda,”nanti kalau cod liat sendiri,” katanya lagi.
Remaja yang mengaku tinggal di Sukarame ini juga menyebut sudah pernah melakukan aktivitas menyimpang ini satu kali, dengan bayaran Rp200 ribu sekali kencan, setelahnya ia sempat berhenti meski terus dihubungi dan diiming-imingi oleh pasangannya, tapi karena takut, ia tak meladeninya. Selain itu, ia juga sempat takut tertular penyakit kelamin, tapi lama kelamaan, karena butuh uang, ia kembali ‘menjajakan dirinya’.
Untuk mengaburkan identitasnya, ia menggunakan akun anonim, dan hanya bisa dihubungi dengan berbalas komentar atau melalui pesan messenger.
Grup-grup perilaku seks menyimpang ini juga diketahui sudah ada sejak beberapa tahun lalu, grup Gay Lampung yang berhasil diungkap Polda Lampung bahkan sudah ada sejak tahun 2017, sedangkan grup Gay Bandar Lampung New sudah ada sejak 2021 atau 4 tahun yang lalu, ini tertera di informasi grup tersebut.
Selanjutnya, Gay Metro Lampung sudah dibuat sejak 5 tahun lalu, yang relatif lama ada grup gay lampung (bandar negeri semuong, wonosobo, kota agung dan tanggamus sudah ada sejak 10 tahun, sedangkan grup Gay lampung selatan sudah dibuat sejak 12 tahun yang lalu, tapi grup ini tidak terlalu aktif, postingan terakhirnya dibuat tanggal 1 Januari 2025 lalu.
Yang memprihatinkan, daerah-daerah yang terpencil, aktivitas grupnya juga terbilang aktif, seperti grup Gay Mesuji Lampung yang dibuat 3 tahun lalu. Dalam aktivitas grup ini, wilayah seperti Unit II, Simpang Pematang dan Simpang Penawar kerap dijadikan titik pertemuan mereka.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Lampung mengungkap praktik tindak pidana ITE dan pornografi dan menangkap tiga admin grup Facebook; Gay Lampung dan Gay Bandar Lampung New.
Pengungkapan kasus ini bermula dari patroli siber yang dilakukan polisi melalui proses pelacakan digital. Selain itu, pada pertengahan Juni 2025 lalu, dua grup ini juga menyebarkan konten pornografi yang mengarah pada hubungan sesama jenis.
“Ada tiga admin grup yang kami amankan, statusnya sudah tersangka,” kata Dirkrimsus Polda Lampung, Kombes Dery Agung Wijaya kepada wartawan, (7/7/2025).
Ketiganya adalah; Slamet Riyanto (28) warga Bandar Lampung, Jumadil (53) warga Lamsel, dan MS (18) warga Pesawaran.
Ketiga tersangka diketahui memiliki peran masing-masing, ada yang mengelola grup hingga menyebarkan video porno hubungan sesama jenis.
“Inisiator yang membuat grup adalah tersangka Jumadil, tujuannya untuk memfasilitasi sesama jenis,” jelas Dery lagi.
Dery juga mengakui adanya indikasi keterlibatan pelaku yang terafiliasi dengan sejumlah kasus gay yang ada di luar Lampung, tapi ia menyebut proses ini masih dalam pendalaman.