Bagaimana Mungkin Walikota Bandarlampung “Dirujak” Netizen di “Rumah” Helmy Yahya?

0 Comments
Walikota Bandarlampung Eva Dwiana berkali-kali mengurai air mata di podcast Helmy Yahya Bicara. (Foto: dok Helmy Yahya)

Bagaimana Mungkin Walikota Bandarlampung “Dirujak” Netizen di “Rumah” Helmy Yahya?

0 Comments

Kerbau sulit ditemui di Bandarlampung. Tapi kalau narasi kerap dikembangkan. Harus diingat tidak semua warga bersedia manut seperti kerbau dicocok hidungnya untuk menelan mentah-mentah narasi tanpa bukti.

(Lontar.co): Netizen memang suka kelewat jujur kalau berkomentar. Saking jujurnya, Walikota Bandarlampung Eva Dwiana pun “dirujak” habis-habisan. Padahal saat tampil sebagai tamu di podcast YouTube Helmy Yahya Bicara, Si Bunda sudah tampil habis-habisan menjiwai karakternya sebagai pemimpin berpikiran spektakuler dan berbudi pekerti tulus nan Ikhlas, serta yang sangat mencintai dan dicintai warganya.

Tapi kok bisa-bisanya ucapan yang disampaikan kembaran Eka Afriana ini masih juga dicurigai. Kebangetan, deh!

Hakul yakin saat bertandang ke studio podcast itu, walikota Bandarlampung pasti datang dengan rasa bahagia yang membuncah. Dia tentu sudah membayangkan punya kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan berbagai pencapaiannya selama memimpin kota.

Duh, kota yang indah banyak gapura dan pagoda, punya jembatan penyeberangan orang yang fantastis, dan nantinya bakal hadir kereta gantung yang lintasannya membentang panjang membelah kota. Bagaimana tak membanggakan diberi kesempatan muncul pada podcast dengan subscriber 2,31 juta tersebut. “Senangnya hatiku…,” mungkin begitu gumam walikota.

Terbayang pula bagaimana girangnya para ajudan beserta tim protokol walikota saat membawa kabar ke pimpinannya itu. Dengan penuh bangga mereka bilang bahwa walikota sedang mendapat kesempatan emas dapat tampil pada akun YouTube milik orang ternama.

Sudah barang tentu juga sang ajudan yang biasa terlihat memasang tampang keras, setiap kali mendampingi walikota sedang diwawancari wartawan, saat itu raut wajahnya tentu dipasang semringah. Pokoknya, hampir bisa dipastikan, kesempatan ini dianggap sebagai momen penting. Tak heran kalau disambut penuh suka cita oleh mereka.

Benar saja, Walikota yang tampil mengenakan kerudung hitam dipadu pakaian batik berornamen khas Lampung yang didominasi kelir coklat ini, terlihat menebar senyum mengawali tampilannya.

“Saya punya satu hape yang memang masyarakat, siapa pun bisa telepon saya. Saya punya (WhatsApp) grup camat, grup OPD. Jadi kalau hujan saya telepon camat-camat. Saya tanyakan bagaimana keadaan di lapangan.

BACA JUGA  MBG Makan Korban lagi

Nanti mereka kasih kabar, Bunda ini baru gerimis. Ini begini…ini begini. Dan Alhamdulillah jam berapa pun saya buka (komunikasi) mereka pasti jawab,” terang walikota kepada Helmy Yahya yang hingga tulisan ini dipublikasikan tayangan podcast-nya sudah disaksikan 62.517 penonton.

Sayangnya pada kesempatan itu Helmy tidak bertanya mengapa begitu penting informasi curah hujan bagi walikota dan para camat serta lurah. Sampai-sampai menaruh kewaspadaan tinggi. Tapi, ya sudahlah.

Pada bagian lain walikota bilang, “Kepada dinas-dinas, saya juga tahu semua. Karena saya selalu terbuka pada mereka. Misalkan ada sesuatu hal saya langsung panggil. Saya pertanyakan. Lalu dijelaskan.”

Walikota juga menyampaikan pada Helmy, “Prioritas saya untuk kesejahteraan masyarakat. Begitu juga pada ASN. Alhamdulillah Tukin (tunjangan kinerja) kami tidak pernah tinggal. Nilainya lebih tinggi 3 sampai 4 kali lipat dari gaji pokok. Dan itu rutin.”

Disinggung seputar kinerja, walikota meyakinkan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata demi kepentingan orang banyak. “Saya janji bahwa…duh, mau nangis lagi, nih,” ucapnya seraya menunjukkan ekspresi menahan tangis. Dia lantas melanjutkan perannya, eh narasinya.

“Saya janji bahwa saya bekerja ini amanah. Dan jarang orang yang bisa dapat seperti ini. Jadi kesempatan ini akan saya lakukan sebaik-baiknya. Dan saya bilang sama suami saya, mohon maaf kalau saya pulang sampai jam sekian, sekian, sekian. Kalau saya di rumah saya juga tidak bicarakan pekerjaan. (Sebaliknya) kalau saya di kerjaan, saya tidak bicarakan masalah rumah,”

“Ibu masih masak di rumah?” tanya Helmy. Walikota mengangguk sambil menjawab, masih.

“Masakan favorit apa, Bu?”

“Kalau suami?” tanya walikota.

“Iya,” tegas Helmy.

Walikota tidak segera menjawab. Dia menyunggingkan senyum untuk beberapa waktu, sebelum akhirannya menjelaskan. “Suami saya kalau makan kebetulan tidak begitu ruwet, ya. Dan Beliau biasanya apa yang saya masakin Alhamdulillah dia seneng. Kalau dulu waktu saya belum sibuk, suami saya itu seneng iga bakar. Sekarang kan nggak boleh, karena kolesterol sama darah tinggi juga.”

BACA JUGA  Merekonstruksi Ulang Visualisasi Raden Intan II

“Kalau sekarang suami saya Alhamdulillah banyak makan ikan-ikan. Suami saya juga suka bolu kukus. Saya buat khusus buat Beliau. Karena begini, saya merasa apa yang kita lakukan walaupun kita merasa sudah sehebat apa pun ya tugasnya (tetap) kembali ke rumah. Karena ke rumah itu doanya yang paling luar biasa untuk di luar rumah kita,” urai walikota.

Walikota Bandarlampung Eva Dwiana. (Foto: Podcast Helmy Yahya Bicara)

Dia juga sempat bercerita ada banyak cobaan yang menerpanya. Terutama pada periode pertama kepemimpinannya. “Semua itu luar biasa,” katanya.

Helmy Yahya mengejarnya dengan mengansurkan pertanyaan, “Apa itu?”

“Ya ada isu beginilah…ada isu beginilah…makanya saya trauma,” jawab walikota.

“Tapi itu masa lalu. Alhamdulillah sekarang saya lakukan segala sesuatunya, saya pandang ke depan untuk masyarakat. Apa yang saya lakukan sekarang ini mereka puas dengan kinerja saya,” ucap walikota penuh keyakinan.

“Ibu tahu ya, kita baru dengar Nepal, ada anak umur 16 tahun bisa menggerakkan untuk protes presidennya. Ibu bagaimana melihat fenomena ini? Itu kan karena mereka tidak puas dengan pelayanan pemerintah,” tanya Helmy.

“Bung Helmy mungkin harus lihat IG (Instagram) saya. Saya kalau sama anak muda itu sering komunikasi. Dan saya buka peluang semua sama mereka,” terang walikota.

Pada penghujung obrolan, walikota menambahkan, sebagai pemimpin jangan sampai salah ngomong. “Karena sedikit saja salah ngomong akan fatal jadinya,” pesannya.

Cocok, sepakat dengan ucapan Walikota Bandarlampung Eva Dwiana. Benar sekali itu. Sebagai pejabat publik sudah selayaknya untuk tidak keseringan mengumbar omon-omon sembarangan.

Apalagi kalau ucapannya tidak selaras dengan kenyataan. Yang seperti itu sama saja pembohongan publik. Menjadi wajar kalau kemudian publik angkat bicara. Karena tidak semua anggota masyarakat bisa dininabobokan oleh narasi-narasi yang menggiring para pendengarnya untuk nurut manggut-manggut.

Hal menarik lain pada podcast berdurasi 42 menit 36 detikyang ditayangkan perdana pada 2 minggu lalu itu, adalah terdapatnya 762 komentar. Ironisnya, dari sekian banyak komentar nyaris seluruh isinya berisikan sanggahan akan ucapan walikota Bandarlampung. Coba deh, tengok isi komentarnya.

BACA JUGA  Lampung Mencari Nafas Baru, Bertumpu pada Sisa atau Utang

Misalnya, komentar yang ditulis @mandalachanel. Isinya memang cenderung bertanya tapi ada cita rasa satir yang makjleb. “Coba sebutkan di kolom ini, org balam mana yg simpati dgn manusia ini,” tanyanya.

Kemudian pemilik akun @risdiagatha2478 bilang, “Dongengnya keren bgt bunda yg satu ini lho…Semoga jadi kenyataan….”

Lantas disusul dengan komentar dari akun @welcomeguys-z7b yang menulis, “Bu sadar gak saat pemilihan calon walkot bandar lampung kemarin, hampir 40% warga bandar lampung golput termasuk datang nyoblos tapi nyoblos smua calon..tau kan kenapa bisa terjadi angka golput meningkat di bandar Lampung.”

Sementara akun @diarywiraswasta7735 menyampaikan kecurigaannya. “Saya melihatnya Eva ini mau jadi Gubernur Lampung, dipoles dari sekarang. Tiba tiba aktif di medsos.”

Kalau @satrianijo3311 beda lagi. Tiba-tiba dia berokemtar, “Kejaksaan menunggu … hmmmm.”

Komentar lainnya juga turut menyasar host podcat. Ada yang menyebut “Bang Helmy Yahya kena prank”.

Sedangkan akun @kdmfans99 menyatakan “Helmi kelilipan ga tau yg sebenarnya”.

Kendati ikut kena getahnya, namun ada akun lain yang sepertinya melihat ada trik yang telah dipakai Helmy Yahya saat mewawancarai walikota Bandarlampung. Akun @SindyfatikasariSindy-q3h memuji, “Cerdas, Bpk Helmy berhasil menjebak Ibu dgn pertanyaan2nya.”

Kiranya komentar itu mengundang komentar dari akun lain bernama @Puncak7159. Puncak bilang, “hiyatah, sya nonton gak Ampe abis, baru menit ke-6 udah nangis jadi enek mau nontonnya. Sori pak Helmi gak nonton Ampe abis”.

Ah, pokoknya hampir seluruh komentar bernada miring. Apa tak kasihan menghujamkan komentar bernada tajam serupa itu kepada Walikota Bandarlampung? Tapi jangan-jangan Eva Dwiana memang tidak butuh diberi simpati apalagi dikasihani, karena sudah merasa sanggup menghadapi semua seorang diri.(*)

 

Further reading

  • bahan pangan tersandera mbg

    Bahan Pangan yang Tersandera MBG

    Tingginya permintaan harian Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Makan Bergizi Gratis, memicu naiknya harga bahan pokok di sejumlah pasar. Masyarakat dan pedagang tradisional mengeluh. (Lontar.co): Meski sudah menunggu sejak pagi, Erni hanya mampu membeli sekilo telur dan 5 kilogram beras di pasar murah yang digelar di Kantor Kecamatan Bumi Waras itu. Banyak bahan pokok yang […]
  • Duet Kembar Eva Dwiana & Eka Afriana, Mengapa Begini?

    Kurang murah hati apa warga yang telah memilih kembali Eva Dwiana sebagai Walikota Bandarlampung. Kurang legowo apa publik yang tidak menyoal praktik nepotisme dengan mendudukkan kembarannya, Eka Afriana, sebagai kepala Dinas Pendidikan. (Lontar.co): Tapi untuk timbal balik sekadar menjaga perasaan publik pun kok rasanya enggan. Malah melulu retorika yang disodorkan. Apa pernah Walikota Bandarlampung, Eva […]
  • kopi intan

    Bersama BRI, Kopi Intan Sukses Naik Kelas

    Di bawah binaan BRI, Kopi Intan berhasil menapaki pemasaran kopi Lampung hingga ke berbagai daerah di Indonesia. (Lontar.co): Aroma harum biji-biji kopi yang sudah selesai di roasting itu menguar kemana-mana, asalnya dari arah salah satu rumah di Kampung Empang, Pasir Gintung, Bandar Lampung. Dari dalam rumah sederhana yang terus menebarkan semerbak harum biji kopi itu, […]